Friday, August 10, 2012

Thanks For The Memories - Cecilia Ahern


Judul : Thanks For The Memories
Penulis : Cecilia Ahern
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Tebal : 496hal
ISBN : 978-979-22-8044-9
Sinopsis : Thanks For The Memories
Review :
Justin Hitchcock takut akan jarum suntik. Tapi setelah mengetahui bahwa darah yang diambil dari tubuhnya bisa menyelamatkan nyawa seseorang, ia memutuskan untuk mendonorkan darahnya.
"Jangan lakukan kalau kau tidak mau, aku tak peduli. Tapi ingat, kalau kau melakukannya, jarum kecil itu tidak akan membunuhmu. Bahkan, yang sebaliknya mungkin terjadi, jarum itu mungkin akan menyelamatkan hidup seseorang, dan kau tidak akan pernah tahu." pg.36
Joyce Conway baru saja kehilangan bayinya. Ia juga kehilangan banyak darah sehingga dokter harus melakukan transfusi darah. Sejak saat itu, Joyce mengingat hal-hal aneh, ia tiba-tiba bisa berbicara bahasa Italia, bermimpi banyak hal yang terlihat nyata, dan ajaibnya ia tahu banyak hal yang bahkan tak ia sadari sebelumnya.
"Apa yang dapat membuat dua orang ingin saling mengikat janji untuk menghabiskan tiap hari selama sisa hidup mereka bersama? Ah, aku menemukannya. Ternyata hal kecil bernama cinta. Kata pendek yang sederhana." pg.71
Joyce dan Justin secara tidak sengaja bertemu beberapa kali. Mereka berdua sama-sama merasakan perasaan yang tak asing terhadap satu sama lain. Tapi tak ada yang bisa menjelaskan perasaan itu. Sama halnya dengan Joyce yang tiba-tiba mengusai berbagai bahasa, tahu tempat-tempat tertentu di Paris walau belum pernah menginjakkan kaki disana, dsb. Keanehan-keanehan yang terjadi tentu bukan tanpa sebab. Dan pada akhirnya mereka berdua saling mencari. Ini aneh, tapi nyata. Sesuatu yang tidak bisa dibuktikan dengan logika, tapi benar adanya.

Setelah melewati badai cobaan yang menyebabkan pernikahannya gagal dan harus kehilangan bayi yang sudah lama ia idam-idamkan, Joyce memutuskan untuk menjual rumah yang dulu ia tinggali bersama suaminya. Ia akhirnya tinggal dengan ayahnya yang sudah tua. Dad panggilannya, ia selalu salah memanggil Joyce dengan nama istrinya Gracie dan punya ketergantungan dengan rokok. Di umurnya yang sudah tua, Dad belum pernah menaiki pesawat. Jadi waktu beliau pertama kali menginjakkan kaki di bandara, he was super excited. Tapi Dad nggak tahu kalau naik pesawat itu nggak boleh bawa benda-benda tajam seperti gunting, pemantik,dll. Dad yang masih menyimpan pemantik dikantong celananya santai aja waktu ditanya petugas bandaranya. Tapi setelah sampai di border control, Dad langsung diamankan petugas hihi. Dad dan Joyce langsung panik, belum lagi waktu ditanya petugas, siapa nama anak Dad, Dad dengan polosnya menjawab 'Gracie'. I wanna hug him for that.
"Tidak ada orang yang bahagia setiap saat, Sayang." 
Cerita Dad dan Joyce menjadi salah satu bagian penting untuk dibaca. Jika dulu Dad-lah yang merawat Joyce, sekarang setelah Dad sudah tua, giliran Joyce yang merawat ayahnya. Terkadang Joyce sebal dengan Dad yang sering salah memanggil namanya, Dad yang ini dan itu. Tapi lucunya Joyce tak keberatan. Setelah kehilangan banyak hal dalam hidupnya, Joyce sadar bahwa hanya Dad-lah yang ia miliki.

Rating : 3.5/5
PS : Buku ini buntelan dari Gramedia karena menang Resensi Sunshine Becomes You. Much appreciated :)

No comments:

Post a Comment