Saturday, March 26, 2016

Let Me Be with You - Ria N.Badaria

Judul : Let Me Be with You
Penulis : Ria N.Badaria
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama (Amore)
Tebal & Tahun Terbit : 352hal, 26 Februari 2015
Baca di : iJak
Sinopsis : Let Me Be with You
Review :
Kamu pasti pernah merasakan yang namanya naksir dengan sahabat kakakmu bukan? Itu juga yang pernah dirasakan Kinanti ketika jaman sekolah dulu. Kinanti naksir dengan Rivan, sahabat Harlan kakaknya. Ketika mereka sudah memiliki kesibukan masing - masing, rasa itu seolah - olah menghilang begitu saja. Perasaan itu kembali ketika Rivan menghadiri pesta pertunangan Harlan dan melihat Kinanti yang telah tumbuh dewasa. 

Melihat mereka sedang mengobrol berdua, keluarga Kinanti berniat untuk menjodohkan mereka. Kinanti awalnya menolak mentah - mentah ide gila itu. Tapi Rivan dengan santai menanggapi ide itu dengan tangan terbuka. 

"Jadi kalian kapan nyusul?"
"Pakde, Kak Rivan tuh teman Mas Harlan, bukan pacar Kinanti."

"Kak Rivan."
"Oh iya kenapa, Pakde?"
"Kalian ini kapan nyusul?"
"Kapan kalian nyusul Harlan dan Kemala?"
"Oh itu. . . Secepatnya, Pakde."

Saya pernah dengar ada artis sinetron yang memulai masa pacarannya dengan suaminya ketika mereka sudah menikah. Berawal dari perjodohan orangtua, si artis tidak pernah berpikir akan menikah dengan orang yang hampir tidak dikenalnya. Namun dia memutuskan untuk percaya dengan orangtuanya, percaya dengan kata hatinya dan percaya dengan si calon suaminya. Ternyata sampai sekarang, si artis kelihatan begitu bahagia dengan pernikahannya. Jika kedua pihak ingin menjalaninya dan yakin dengan pilihannya, serta tidak mendapat paksaan dari pihak manapun, saya rasa perjodohan bukanlah hal yang buruk untuk dijalani. 

Akan tetapi, konsep menikah lalu bercerai seperti kata Rivan itu membuatku merasa si pasangan pengantin tidak serius menjalani hubungannya. Menikah dulu sajalah, toh nanti bisa cerai. Kok kayaknya enteng sekali ya. Seperti mencoba menyicipi suatu makanan, kalau nggak enak ya nggak usah dimakan. 
"Saya nggak pernah mengajak kamu main-main. Kita akan serius menjalani semuanya, hanya saja kita memperpanjang masa penyesuaian kita dalam pernikahan ini. Dalam masa itu kita akan mencari perasaan masing - masing, kalau kita memiliki perasaan yang sama satu sama lain nantinya, kita akan bahagia sebagai pasangan yang sebenarnya. Tapi kalau tidak, bukankah selalu ada perceraian dalam sebuah pernikahan, walaupun pasangan itu menikah karena cinta."
Sesuai dengan judulnya yaitu Let Me Be with You, perjalanan cinta Rivan dan Kinanti menemukan banyak rintangan. Yang satu ingin mendekat, sedang yang lain berusaha menjauh. Keduanya memiliki alasan masing - masing, namun pasti akan ada yang tersakiti oleh karena keputusan yang dibuat secara sepihak. Secara keseluruhan ide dari cerita ini cukup bagus. Sayangnya karakter kedua tokoh utama terkesan lemah dan tidak berpendirian. 

Saya pribadi tidak suka dengan kepribadian Kinanti yang pasrah - pasrah saja menerima segala hal yang ditentukan oleh keluarganya. Berhubung yang ditentukan oleh keluarganya ada perjodohan, seharusnya Kinanti bisa lebih tegas menolak jika memang tidak mau. Mengeluh tapi tidak melakukan tindakan apapun bukankah hasilnya nol besar? Sebaliknya diawal cerita saya suka dengan sifat Rivas yang terang - terangan menyatakan niatnya kepada Kinanti. Hanya saja eksekusi diakhir cerita seharusnya bisa dibuat lebih baik lagi.

Pesan moralnya adalah seberapapun sulitnya, seberapapun besar rintangannya, jujurlah kepada pasanganmu. Jangan sok menjadi Tuhan, seolah tahu segalanya, Takut pasanganmu tersakiti oleh kebenaran? Pleaseeeee, pasanganmu akan jauh lebih tersakiti oleh kebohonganmu. Keep that in mind :)

"Biarkan kita berdua menemukan perasaan masing - masing dalam proses ini. Setelahnya hati kita yang akan memilih."

Rating : 2.5/5

Loyalty in Death (Kesetiaan Dalam Kematian) - J.D.Robb



Judul : Loyalty in Death (Kesetiaan Dalam Kematian)
Penulis : J.D.Robb
Series : In Death #9
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal & Tahun Terbit : 536hal, Maret 2010
Sinopsis : Loyalty In Death
Review :
"Pulanglah, Roarke.""Aku akan pulang. Kalau kau pulang."
Penyelidikan dimulai ketika seorang wanita mengebor pacarnya ke dinding setelah menangkap basah pacarnya berselingkuh darinya. Di lain tempat, seorang pria ditemukan mati tenggelam dengan kondisi lidah terpotong. Tak ada yang tahu motif dari pembunuhan ini. Namun semuanya menjadi lebih jelas ketika yang diincar adalah Roarke dan propertinya. Pengusaha kaya seperti Roarke menjadi sasaran empuk bagi si pembunuh. Tidak bisa mendekati Roarke, maka si pembunuh melakukan pengeboman di beberapa area yang ramai pengunjungnya. Korban bukan hanya para pengunjung, melainkan juga para karyawan yang bekerja disana. 

Ketika tidak bisa menemukan siapa dalang dibalik pengeboman ini, mereka yang mengaku sebagai Cassandra, secara terang - terangan melawan kepolisian, mengancam akan melakukan pengeboman besar berikutnya jika keinginan mereka tidak diwujudkan. Eve yang biasanya tenang dan berkepala dingin pun dibuat kewalahan menghadapi teror Cassandra. Masalahnya bukan hanya satu atau dua nyawa yang akan melayang, akan tetapi ratusan nyawa menjadi taruhannya. 

Disisi lain, Peabody dikejutkan dengan kedatangan adik laki-lakinya, Zeke. Karena pekerjaannya sebagai seniman kayu, Zeke diundang datang ke New York untuk mengerjakan pembuatan lemari yang ditugaskan oleh pengusaha kaya yang dicurigai memiliki kaitan dengan pengeboman yang dilakukan oleh Cassandra. 

"Maafkan aku."
"Tak perlu. Kau berhak menangis."
"Aku takkan hilang kendali."
"Peabody, kau boleh kehilangan kendali." 

Ada sesuatu yang baru di buku ini. Akhirnya McNab dan Peabody mulai membuka diri terhadap masing - masing. Well, mereka masih bersikap layaknya anjing dan kucing, kalau ketemu bawaannya berantem mulu, tapi bukankah ada istilah benci lama kelamaan bisa berubah menjadi cinta? <3

Eve dan Roarke tetap menjadi pasangan favorit sepanjang masaku. Mereka saling mengerti satu sama lain, tak jarang saling mencaci tapi semua itu didasari dengan cinta dan kasih. #agaklebay. Untuk ceritanya sendiri sebenarnya seru, tapi anti-klimaks. Ceritanya dinarasikan begitu panjang tapi ketika sudah di bagian akhir, eksekusinya malah begitu singkat. 

"Aku menginginkanmu. Selalu. Selamanya. Milikku."

Rating : 4/5

Saturday, March 12, 2016

The Infinite Sea (Lautan Tak Bertepi) - Rick Yancey


Judul : The Infinite Sea (Lautan Tak Bertepi)
Series : The 5th Wave #2
Penulis : Rick Yancey
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal & Tahun Terbit : 400hal ; 22 Juni 2015
Sinopsis : The Infinite Sea
Review :
"Aku tidak akan meninggalkanmu, Evan. Dan aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku. Tidak lagi."
Setelah pengeboman yang dilakukan Evan di Kamp Haven, Cassie beserta Sam, Ben dan lainnya bersembunyi di sebuah hotel. Sebelumnya, Evan berjanji pada Cassie bahwa ia akan mencarinya. Tapi waktu sudah berlalu terlalu lama dan Evan sama sekali belum muncul. Ringer pun memutuskan untuk pergi ke gua - gua terlebih dahulu dengan harapan akan menemukan korban yang selamat.

Terbangun dari rasa sakit di seluruh tubuhnya, Evan sadar bahwa ia tidak sendirian. Grace, seorang peredam seperti Evan, sedang merawatnya. Grace memiliki ketertarikan khusus pada Evan dan curiga Evan menyembunyikan sesuatu atau seseorang darinya. Evan yang bisa dibilang sedang sekarat saat ini benar - benar tidak berdaya. Malapetaka-lah bagi Cassie dan regunya jika Grace sampai menemukan mereka.
"Siapa Cassiopeia?"
"Dia yang berdiri ketika yang lain tetap merunduk. Dia yang tak bisa berhenti kupikirkan bahkan sebelum aku mengenalnya. Yang terakhir, Grace. Manusia terakhir di bumi."
Ketika mereka berhasil selamat dari empat Gelombang pertama, tak ada yang berani berucap janji. Karena tak ada yang tahu pasti apakah mereka masih bisa saling bertemu esok hari. Yang tinggal dari mereka adalah harapan. Harapan semuanya akan membaik, entah bagaimana mereka bisa menang dan mengalahkan Vosch. 

Ketika Ben berkata, "Jika seorang gadis kecil harus mati agar enam orang bisa hidup, itulah harganya." Apa bedanya Ben dan Vosch sekarang? Ketika mereka dihadapkan pada gelombang ke-5, mereka pada akhirnya bisa membedakan mana yang adalah peredam dan mana yang manusia. Dan sekarang nyawa mereka semua menjadi taruhan untuk misi penyelamatan yang mereka tidak yakini akan berhasil atau tidak. Bunuh atau terbunuh?

"Semakin lama kita bermain menjadi manusia, semakin manusiawi kita jadinya."

Dari segi cerita saya pribadi lebih suka buku pertamanya. Sama seperti halnya buku pertama, penulis mengambil sudut pandang dari beberapa tokoh berbeda tanpa menulis siapa tokoh yang dimaksud, sehingga membuatku bingung dan bertanya-tanya siapakah yang sedang diceritakan oleh penulis. Selain itu, besar harapan buku ini akan lebih banyak menceritakan tentang Evan dan Cassie tapi dugaan dan harapanku meleset ;__; Karakter favoritku kali ini adalah Poundcake. Salut buat Poundcake yang meski pendiam tetapi begitu penuh perjuangan. Anyway, selain untuk melengkapi the 5th wave series kamu, buku ini tetap menjadi list-wajib-punya karena dibuku ini semakin banyak cara Vosch untuk menyerang dan mematikan langkah Cassie cs sementara Cassie dan lainnya berjuang untuk tetap hidup. 

Fingers crossed for a happy ending :)
Baca review buku 1 : The 5th Wave - Rick Yancey

Rating : 3.5/5


Monday, March 7, 2016

Hair-quake - Mariskova


Judul : Hair-quake
Penulis : Mariskova
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal dan Tahun Terbit : 288hal, Juli 2014. Pertama kali diterbitkan Mei 2008
Sinopsis : Hair-quake
Review :

Andita punya motto,"Better hair brings better luck, better love, and better life...". Saya setuju sekali dengan motto tersebut. Seperti kata kebanyakan orang, rambut adalah mahkota wanita. Saya rasa semua wanita pasti pernah mengalami yang namanya bad hair day. Kebayang nggak jika kita mengalami bad hair day disaat kita harus menghadiri suatu acara? Pasti kita jadi bad mood seharian dan berharap tidak menghadiri acara tersebut. Well, in Andita's case, dia harus tampil cantik dan rapi setiap hari karena pekerjaannya. 

Andita adalah seorang guru bahasa inggris yang sangat mencintai pekerjaannya. Setelah 4 tahun mengajar, Andita dipromosikan oleh atasannya untuk naik jabatan. Tapi hal itu tidak instan, Andita diwajibkan untuk presentasi dihadapan penguji dan melewati tes itu tidaklah segampang membalik kan telapak tangan. Dengan bantuan sahabatnya Ferry, Andita perlahan mampu mengatasi rasa gugupnya akan kekhawatirannya tentang presentasi tersebut. Masalahnya tidak berhenti disitu, Dita masih harus dipusingkan dengan rambutnya yang sudah diatur.


"Kamu pasti tahu dong setiap pendekar itu punya kesaktian? Nah, kalau aku seorang pendekar, kesaktianku ada di rambutku. Kalau rambutku tidak beres, hilanglah kesaktianku."
Kali ini sekolah dihebohkan dengan berita di majalah ModernChic yang mengatakan bahwa model rambut Andita sudah ketinggalan zaman. Jika Andita punya kekuatan untuk menghilang dalam waktu sekejab, pasti sudah ia lakukan. Setelah susah payah menata rambutnya setiap hari, Dita malah harus menelan kenyataan bahwa bagi majalah tersebut rambutnya itu tidak masa kini, Padahal foto Andita diambil ketika rambutnya sedang dipotong disalon. Kesal setengah mati, Andita menuntut pertanggungjawaban salon tersebut dan akhirnya mendapat kebebasan dan hak penuh selama setahun untuk bebas ngapain aja disalon itu, creambath, gunting rambut, dll. Disalon itulah Andita bertemu dengan Prasta, laki-laki yang hobinya creambath sehabis pulang jam kantor.

Buku ini wajib punya! #maksa. Hair-quake adalah hadiah ulangtahun dari sabahat saya yang ngerti banget kalau saya ulangtahun itu maunya dikasi buku, bukan boneka, (tapi kalau cincin bolehlah :D #ngarep) Satu-satunya yang kurang kusukai dari ceritanya adalah seharusnya Lisa, teman kerja yang juga dipromosikan naik jabatan, bisa dibuat sedikit lebih 'menderita' di akhir cerita mengingat mulut berbisanya sering menyakiti hati Andita. 

Cerita di hair-quake adalah cerita yang nyata bagiku. Semua orang tanpa terkecuali akan mengalami kejadian yang Andita alami. Bad hair day, so pasti, suka dengan pacar orang, tak jarang itu terjadi, dipromosikan oleh atasan lalu digosipkan yang aneh-aneh, sering!! It happens all the time di kehidupan kita. So thumbs up buat penulis yang bisa dengan begitu natural menceritakan setiap bagian di buku ini. Tulisannya witty, cerdas, dan tidak monoton. Gaya penulisannya sedikit mengingatkanku pada Mia Arjsad, salah satu penulis favoritku. Well, Mariskova sukses membuatku menyukai tulisannya. Dan itu berarti setiap bukunya adalah wajib punya sekarang :)

"When you look good, you WILL feel good." - Amrazing


Rating : 4/5

Tuesday, March 1, 2016

Looking for Alaska - John Green


Judul : Looking For Alaska
Penulis : John Green
Versi : Terjemahan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit & Tebal : July 14th 2014, 288hal
Sinopsis : Looking For Alaska
Review :
Miles Halter bukanlah anak yang populer disekolahnya. Miles anak baik-baik dan cenderung membosankan. Hidupnya yang datar - datar saja membuatnya memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di asrama Culver Creek, tempat dimana ayahnya dulu bersekolah. Mungkin ada baiknya sesekali keluar dari zona nyaman dan pergi mencari 'Kemungkinan Besar'. 

Di Culver Creek, Miles bertemu beberapa teman yang menjadi bagian dari hidupnya disana. Chip Martin dan Alaska Young, tepatnya. Chip lebih suka dipanggil kolonel, dan Alaska hanyalah Alaska. Miles sendiri diberi panggilan Pudge oleh Kolonel. Dari mereka, Miles belajar banyak hal. Walau dari yang kubaca, Miles lebih banyak belajar hal - hal negatif daripada positif, setidaknya Miles menemukan arti dari kata persahabatan. 

Miles melewatkan masa remajanya dengan berbagai kenakalan yang tak bisa dihitung lagi dengan jari banyaknya. Terkadang ketika kita begitu dekat dengan seseorang, kita akan merasa kehilangan jika orang tersebut sedang atau tidak lagi berada disisi kita. Hal itu yang terjadi pada Miles. Ketika Miles baru mulai membuka hatinya, dia harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa orang yang disukainya tidak akan pernah bisa bersatu dengannya. 

"Kenapa merokokmu cepat sekali?"
"Kalian semua merokok untuk menikmatinya. Aku merokok untuk mati."

Itu pernyataan yang dikatakan oleh Alaska. Yang kusukai darinya adalah koleksi bukunya, yang tidak kusukai darinya adalah kebiasaanya merusak dirinya sendiri, Alaska bahkan tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri. 

"Apa kau benar - benar sudah membaca semua buku di kamarmu?"
"Ya, Tuhan, tidak. Aku mungkin membaca sepertiganya. Tapi aku akan membaca semuanya. Aku menyebutnya Perpusatakaan Hidupku."
"Pudge, yang harus kau mengerti tentang diriku adalah bahwa aku orang yang sangat tidak bahagia."

Melihat banyaknya bintang 4-5 bertaburan di Goodreads bukanlah sebuah jaminan buku ini akan sesuai dengan seleramu. Well, untuk saya pribadi, this book isn't my cup of tea, but maybe it's yours :) Buku ini buntelan dari teman sebagai hadiah ulangtahun. Mengingat bahwa yang menulis buku ini adalah John Green, orang yang sama yang menerbitkan The Fault in Our Stars dan Paper Towns, tinggi harapan bahwa novel ini akan menjadi bacaan yang bagus. Akan tetapi, back to your own taste, kalau saya merasa buku ini rada membosankan, alurnya lambat, dan tokoh utamanya tidak terlalu berkesan.

Rating : 2/5