Judul : Memori
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2012
Tebal : 312
ISBN : 978-979-780-562-3
Sinopsis : Memori
Review :
Mahoni, namamu begitu tak asing bagiku. Sepertinya aku pernah mempelajarimu sewaktu masih di bangku sekolah dasar. Oleh karena keingintahuanku, dengan isengnya aku mengoogle namamu, mencari tahu apa arti dari namamu. Kau adalah tanaman pelindung. Pohon besar yang tumbuh tinggi dan tumbuh liar di hutan jati dan tempat lainnya yang berdekatan dengan pantai.
Kau tahu apa kehebatanmu? Kau mampu bertahan dengan sangat baik terhadap kuatnya sinar matahari, menandakan bahwa kau tidak mudah terintimidasi. Kau juga termasuk tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang, sekalipun tak mendapat siraman air selama berbulan-bulan. Sekarang aku tahu kenapa papamu memberimu nama,"Mahoni." Kau tangguh, mandiri, dan percaya diri.
Mahoni adalah seorang arsitektur. Ia mendapatkan jabatan yang baik di Virginia. Bersama dengan bule yang bernama Ron, ia menggeluti bidangnya dengan baik dengan mendesain semua proyeknya dengan segenap hatinya. Awalnya kehidupannya baik-baik saja di Virginia. Kemudian telepon itu datang dan meresahkannya.
Mahoni pulang ke Jakarta. Semua memori yang berusaha ia simpan rapat-rapat akhirnya terkuak ke permukaan. Ia tak mau mengingat, tapi terpaksa mengingat. Papanya dulu hidup bersama ia dan Mae (ibunya), tapi kemudian bercerai dan menemukan wanita lain. Ia hidup dengan Grace dan memiliki anak laki-laki bernama Sigi. Bagi Mahoni, Mae adalah ratu drama. Ia tak ingin bersedih dan terpuruk sendiri. Mae ingin semua orang disekitarnya juga merasakan hal yang sama, termasuk Mahoni.
Kecelakaan terjadi. Sigi sekarang sebatang kara dan Mahoni adalah tumpuannya. Rencana Mahoni untuk menetap dua hari di Jakarta menguap sudah. Ia harus menanggung beban ini sendiri, dan harus kembali berhadapan dengan masa lalunya, termasuk pria yang pernah singgah di hatinya, Simon.
Simon dan Mahoni masing-masing punya mimpi. Dan hingga saat ini, keduanya tidak pernah berhenti untuk mewujudkan mimpi itu. Jika sifat Mahoni terkadang menyebalkan, maka sifat Simon adalah selalu menyebalkan. Dan lucunya aku tak mengapa. Setiap kata-kata sinis yang terlontar dari mulutnya dan setiap pertengkarannya dengan Mahoni menjadi hiburan tersendiri bagiku. :D
Simon kritis, segala sesuatu yang ia tak suka harus segera diperbaiki. Ia tak keberatan mengubah desainnya ketika ia merasa ada yang kurang bagus meskipun ketika desainnya sudah hampir selesai. Dan Mahoni, ia pikir hanya ia yang mampu bertahan dengan lelaki seperti Simon. Dan ia salah besar. Sekarang, Simon memiliki wanita lain disampingnya, Sofia. Sofia seorang arsitektur juga, memiliki minat yang sama, dan juga lembut.
Mencintai Simon sekarang, hanya akan membuatnya terlihat seperti Grace. Dan ia tidak mau hidup Sofia berakhir seperti Mae yang penuh dengan emosi dan drama.
Awalnya aku mengira penulis akan memasangkan Mahoni dan Ron berdua sebagai pasangan. Tapi setelah kucermati, itu hanya akan menjadikan buku ini sebagai buku biasa yang sudah banyak ditulis oleh penulis-penulis lain. Buku ini menjadi luar biasa ketika aku mulai menyelami karakter Mahoni. Keras kepala, berpendirian kuat, dan tidak mudah mengalah. Aku cukup terkejut juga dengan sifat Mahoni yang terkadang menyebalkan ini. Terutama ketika ia menolak membuat pesanan sesuai dengan permintaan pembeli.
"Maaf, kalau tante dan om menginginkan rumah seperti di Barcelona, kalian bisa cari arsitek lain. Saya pekerja seni. Saya tidak mendesain sesuai pesanan."pg.119Pengen rasanya menggetok Mahoni karena perkataannya. Tapi di sisi lain, Mahoni benar-benar menunjukkan sebuah kualitas seorang pekerja seni. Sudah kuduga papanya menamainya Mahoni bukan tanpa alasan. Mahoni bak batu yang berdiri kokoh diantara arus sungai yang mengalir dengan deras. Ia tidak peduli dengan permintaan pembeli, ia bekerja sesuai dengan keinginannya. Sombongkah? Mungkin. Tapi orang sombong tentulah punya sesuatu untuk disombongkan. Dan Mahoni punya talenta itu.
Aku juga udah selesai baca buku ini... Entar malam bikin reviewnya ah... ;)
ReplyDeleteDi awal review aku sempet ngira Mahoni ini cowok oTL
ReplyDeleteBtw, si Mahoni ngeselin abis ituh masak nolak calon pelanggan. Trus kalo pada akhirnya ga ada yg mau pesen jasa dia gmn dong..
Putri@aku uda komen hihi.
ReplyDeleteoky@lol di awal baca bukunya aku malah terkejut ada cewek yg namanya Mahoni.
iyah,diceritain di Virginia dia ga pernah mengalami penolakan, terus suatu kali dia uda buat proyek yg menurutnya sempurna banget, tapi pembeli malah pilih desain yg lain. Disitu deh dia ngerasain yg namanya penolakan lol.