Friday, June 29, 2012

Skripshit - Alitt Susanto


Judul : Skripshit
Penulis : Alitt Susanto
Penerbit : Bukune
Tahun : 2012
Tebal : 304hal
ISBN : 9786022200314
Sinopsis : Skripshit
Review :
Buku ini terbit bulan Maret tepat ketika aku yang statusnya sebagai mahasiswa tingkat akhir sedang ingin menyusun skripsi. Sejujurnya pengen beli buku ini pada saat itu juga, tapi setelah mempertimbangkan beberapa hal, yang berarti mungkin buku ini akan membuatku malas-malasan membuat skripsi, dll maka aku bertekad untuk membeli buku ini setelah skripsiku sudah kelar.

Kedengarannya seperti aku ngejudge the book by its cover yah :p I can't deny. Memang iya, untuk yang satu ini. Dari judulnya dan beberapa tweet dari Alitt di twitter, aku memutuskan untuk menunda membacanya. Karena pada saat itu (Maret) aku baru mau mengajukan judul skripsi. Saking ingin fokusnya ke skripsi, aku sampai rela nggak baca buku sesering biasanya dan harus bersyukur bisa kelar baca satu buku dalam kurun waktu satu-dua minggu. *curhat dikit* Dan Puji Tuhan, semua usahaku itu tidak sia-sia. Bulan Maret pengajuan judulku diterima, dan bulan Juni ini tepatnya tanggal 20Juni, skripsiku di acc dopingku (dosen pembimbing). Rasanya sungguh nggak terungkapkan dengan kata-kata :) I feel so blessed. Berkat doa keluarga dan teman-teman seangkatan, setwitteran, sefacebookan, setetanggaan, semuanya, skripsi ini bisa rampung disaat yang tepat :)

Nah buku ini aku titip beli dari temanku yang menetap di Bandung. Kebetulan sedang ada diskon 30% ^-^ *nggak mau rugi :D Awalnya aku mengira bahwa isi buku ini semua adalah tentang Alitt yang sedang berusaha menyelesaikan skripsinya tapi nggak selesai-selesai. Tapi perkiraanku meleset. Isi buku ini mengajarkanku banyak hal. Di awal Alitt menggambarkan dirinya yang sebagai MAPALA (Mahasiswa Paling Lama). Berusaha menyelesaikan kuliahnya tapi selalu terhambat masalah finansial dan waktu. Alasan ngelesnya juga banyak, contoh :

"Lo kuliah kok gak lulus-lulus? Emang ngambil apa sih?"
Gue jawab,
"Ngambil hikmahnya..."
Atau kalau ada adek-adek MABA yang nanya,
"Kakak angkatan berapa?"
"Dua ribu tua..."
"..."

Namun di akhir, Alitt mulai memperlihatkan sisi lain dari dirinya. Aku baru tahu bahwa dia harus melewati berbagai rintangan dulu untuk sampai ke posisi saat ini. Everything happens for a reason itu benar-benar nyata. Di setiap cobaan yang Tuhan berikan ke kita, yakinlah bahwa ada hikmah yang Ia selipkan disana. 
Reality bites, so chew harder.pg.5 

"Hidup ini bagai skripsi..banyak bab dan revisi yang harus dilewati. 
Tapi akan selalu berakhir indah... bagi mereka yang pantang menyerah." pg.282

Tips dalam mengerjakan skripsi sebenarnya bukan pada isi dari skripsi tsb. Isinya tentu sangat penting. Kita tidak boleh menciplak, tidak boleh sembarangan mengambil sumber, dan harus berasal dari hasil olah pikiran kita sendiri. Yang terpenting adalah kita tidak pernah menyerah. Ketika disuruh revisi, jangan mengeluh. Tapi tetap semangat karena jika doping menyuruh kita untuk revisi, berarti 1.Dia benar-benar memeriksa isi skripsi kita. 2.Dengan adanya banyak revisi, berarti semakin kecil pula kemungkinan skripsi kita akan direvisi di meja hijau oleh dosen penguji. Maka, disaat kita kecewa karena skripsi terus mengalami revisi, sesungguhnya Tuhan, lewat tangan doping sedang membantu meringankan beban kita. (imo) 


NB : dari 304hal, aku menemukan banyak nama Supri. Supri si kucing, Supri si teman, Supri si sahabat, dll Ada apakah dengan Supri? XD

Rating : 4/5

Sunday, June 24, 2012

Until I Die By Amy Plum




Title : Until I Die (Revenants #2)
Series : Revenants series
Author : Amy Plum
Publication Date : May 8th 2012
Publisher : HarperCollins Publisher
Synopsis : Until I Die
Review : 
I've finished reading this two or three weeks ago but since I was so busy with my thesis thing then I decided not to write the review first. Hope I don't miss anything :D
Okay, so this is the second book of Revenant series. The first one is Die For Me. You can read the review here : Die For Me Amy Plum was so good in making a title, wasn't she? Die For Me, Until I Die. I mean, who wants do 'die for you' in this sophisticated era? People are too busy thinking of themselves and even lovers might want to think more and more again if they have to die for their couples. But back to the title, I love the title of the first book so much. You know, it was kind of romantic and intimate. It might sound cliche, but it was okay. I think guys who have lived for a hundred of years or even a century were all old school and possessive, just like Vincent or Edward Cullen in Twilight Saga. I think they even share the same foolishness by trying to protect their girlfriends without telling them how to do it.
"Kate, I admit that we aren't in the easiest of situations. But are you always this. . . complicated?"I opened my mouth to say something, but Vincent shook his head, grinning. "Actually, don't answer that. Of course you are. I wouldn't be so totally into you if you weren't."
In the previous book, Kate had made Vincent to promise her that he won't die no matter what happen. And now, he was trying very hard to keep that promise although in the process of his effort, he looked awful and made Kate get worried. At first thing was all fine, but since Violette and Arthur came and replaced Charlotte and his brother's place, things get tensed. Arthur looked uncomfortable with Kate's presence. Violette dislike Kate's sister and vice versa. Not to mention Vincent was very busy with his jobs that he hid very well from Kate. 


Anyway, I love how Vincent shows his love and affection towards Kate. It was so sweet and sometimes I found myself envy with that couple. Even though Vincent was busy with his secret job, but he always managed to find time for Kate. If he couldn't meet Kate, then he would ask his best friend Jules, who was a revenant as well to give her a ride to school or just accompany her. 




There's something about Jules that I like more than Vincent. I expect to see love triangle but I haven't seen it yet in this novel. The ending was so unpredictable and I'm so worried yet excited about what will happen next. 

Friday, June 22, 2012

Die For Me by Amy Plum



Title : Die For Me
Series : Revenants #1
Author : Amy Plum
Publication Date : May 10th 2011
Publisher : HarperTeen
Synopsis : Die For Me
Review : 

This gorgeous cover succeed to make me want to read it. I became more interested when I read the synopsis. So, I start to read it, then what did I get? A full of surprise. This book is amazing. Why? Because the story is incredible fresh. it's not about vampire, angel or any kind of that. But it's about Revenants. #TheUndead.

It's quite complicated at first, but it's not hard to catch up. They are not zombie, they are as handsome and gorgeous as models, they eat any edible foods that we can think of, and they are not ghost or spirit but Revenants. They live by saving other people's lives. They sacrifice themselves in order to save the life of some people who lost hope or willing to die. But they are not truly dead. I mean they are dead after saving people's lives but it's not dead dead. it's not permanent.

Their bodies are dead, but their spirit keeps alive as a volant. However, their bodies only remains dead for three days, so when their bodies lay down unconscious, they live as a volant.

Kate and her sister Georgina lost their parents in car accident. Their lives never been easy eversince. Then they decided to make a new start at Paris where their grandparents live. Kate never felt more sad and miserable then now, but it soon vanished after she met Vincent, a gorgeous man who sit in front of her at the cafe where she loves to kill time by reading books at there.

Their first meeting grows a curiosity , then they "accidentally" met at the museum and some places. Vincent has many friends who have become part of his life. they are Jules, Ambrose, Carles and Charlotte and many more. They are not normal as other human, they are revenants.

Well they are the good revenants. Like humankind, they are good and bad ones. The good ones live by saving people's live, the bad ones live by killing people.

Later Kate and Vincent were  dating. And they were really sweet^^ But what if Kate knows about the history of Vincent's life? Will she still want to see him? Can she bear all the facts that after her parents died ,her life will not ever be the same anymore?

Five stars because :
1. The gorgeous cover.
2. The well-written story.
3. The sweet relationship between Vincent and Kate.
4. The awesome family that Vincent have, and they are very close to each other, make me envy >.<
5. The last is , I'm looking forward to read the 2nd book of this Revenants series.(it's a good sign that this book is so nice and fresh)

Note : I re-post this from my goodreads. I read this on July, 2011, almost a year now :) 
The next post will be the review of the second book which is Until I Die.
When I read this last year, I thought that they fell in love too fast and easy that I'm afraid they have no strong relationship and will break up so fast as well. But of course it did not happen since it wasn't real. However, in the second book, I love Vincent more. He was such a gentleman, more caring now, and a perfect guy for Kate.


View all my reviews

Monday, June 4, 2012

One Last Chance - Stephanie Zen




Judul : One Last Chance
Penulis : Stephanie Zen
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Tebal : 296hal
ISBN : 978-979-22-8255-9
Review :
Adrienne Hanjaya dan diarynya adalah satu jiwa. Segala keluh kesah yang tak terungkapkan pun dituangkannya dalam rangkaian tulisan di  diary pribadinya. Tak jarang, Adrienne yang lebih dikenal dengan nama Adri menuliskan kisah percintaannya yang sayangnya tidak sebaik karirnya sekarang sebagai penulis novel best seller. Ya, Adri adalah seorang penulis drama romance modern berbakat yang sudah menetaskan karya-karya yang sangat laku di pasaran. 


Adri sendiri punya prinsip,"Tak boleh ada patah hati yang tak menghasilkan royalti."

Kisah-kisah yang ditulis dalam novel terbitannya adalah berdasarkan pengalaman pribadinya. Dan dalam setiap bukunya, dengan berani ia selalu mencantumkan nama asli dari pria yang dulu pernah membuatnya patah hati dan kecewa. Mungkin karna berdasarkan pengalaman pribadi, maka kisahnya terasa begitu hidup dan nyata. Namun tak satupun dari para penggemarnya tahu bahwa isi dari setiap buku yang ditulis Adri pernah terjadi dalam kehidupannya. 

Adri merasa setiap patah hati yang dirasakannya akan terbalas jika ia sudah menulis dan menerbitkan kisah dimana sang pria akan berakhir mengenaskan karena telah menyia-nyiakan cintanya. Dan dari beberapa pengalaman pahit tsb, Adri merasa begitu terhina dengan cemoohan Gerry(mantan pacarnya)terhadap dirinya. Oleh karena itu, Adri memutuskan untuk membalas Gerry dengan cara yang sama, dan lebih ekstrim pula.

"Balas dendam, no matter how sweet it is, nggak akan pernah membuatmu bahagia, Dri. Just forgive. Let go, and let God do the rest. You'll be much happier."

Beberapa kali patah hati tak menyebabkan Adri jadi anti terhadap pria. Ketika ia bertemu Danny untuk pertama kalinya, ia langsung jatuh cinta dan merasa tertarik padanya. Adri pun kemudian secara diam-diam menuliskan kisah cinta barunya ini kedalam sebuah file yang akan ia jadikan sebagai novel berikutnya.
I love Danny! Pribadinya cukup unik dan lucunya Danny ini jago gombal :) 
"But currently, I found out... ciptaan Tuhan yang indah nggak cuma alam kok." | "Oh ya? Apa lagi memangnya?" | "Kamu." 

Serasa nggak cukup, Danny terus menaburkan bubuk-bubuk gombal ke Adri,

"Lucu deh, mendadak aku jadi pengin nunjukin banyak tempat indah ke kamu," Dany menyambung.
"Masa? Kenapa?"
"Karena pengin bandingin aja, mana yang lebih indah." 

Nggak usah Adri ya, aku yang baca aja langsung berasa kembang api yang siap meledak-ledak saking bahagianya ^^

Baca buku ini, berulang kali aku mendapati diriku geleng-geleng kepala melihat sikap Adrienne. At some point, menurutku dia nggak dewasa, kejebak dalam dendam dan masa lalu, dan akhirnya termakan karma. I actually pity her for what happened to her life. Menulis cerita tentang patah hati adalah satu hal, tapi menulis cerita tentang patah hati dan menulis nama asli mantan-mantan pacarnya serta menyelipkan ending yang buruk bagi sang pria adalah hal lain. Bagiku itu sama aja dengan merusak nama baik dan pembunuhan karakter. 

Tapi sayangnya mata Adri terlalu gelap oleh keinginannya untuk balas dendam dan tidak memikirkan efek apa yang ditimbulkan dari perbuatannya. Who knows what life may bring us as time passes? 

"The Best Thing of the Worst Point is... You Know that It Can't be Worse."

I love this book. Awalnya aku hanya ingin memberi bintang tiga. Tapi ketika aku menutup buku ini, aku tahu bahwa this book is worth than just three stars. So, I give four stars untuk ending yang menurutku semuanya terbayar lunas. Read and see :) 

Friday, June 1, 2012

Sunrise Serenade - Dian Syarief Pramoto & Sundea

Judul : Sunrise Serenade
Penulis : Dian Syarief Pramoto & Sundea
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2012
Tebal : 312hal
ISBN : 979-780-563-8
Sinopsis : 
Ini adalah kisah tentang matahari pagi dan harapan. Cerita ini bermula ketika langit masih gulita. Ketika dingin dan suara menjadi runcing menusuk kulit dan telinga. Ketika yang kita miliki hanya janji cahaya dan keteguhan untuk memercayainya. Saat itu kita menanam hidup pada sebuah kata sederhana : harapan.

Review :
Hidup itu misteri. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi ketika kita membuka mata dan memulai hari. Bahkan seorang peramal pun tak bisa meramalkan dengan pasti apa yang akan terjadi pada diri dan hidup kita. Tuhan Yang Maha Kuasa, Dia yang Maha Tahu.


Ini kisah perjuangan para penderita lupus, atau yang sering mereka sebut dengan odapus  (orang dengan lupus). Tak banyak yang tahu pasti apa itu lupus, bagaimana lupus bisa menyerang manusia,dll. Pertama kali aku mendengar tentang lupus adalah ketika aku menonton American's Next Top Model dimana ada salah satu finalisnya yang menderita lupus dan mengharuskannya untuk meminum obat dalam jumlah banyak setiap harinya. 


Dian Syarief adalah seorang wanita karir yang memiliki hidup normal dan bahagia bersama suami dan keluarganya. Namun segalanya harus berubah ketika serangkaian penyakit menghampirinya. Awalnya ia berpikir itu hanya penyakit biasa, namun ketika ia tidak kunjung sembuh dan justru semakin sering mengalami pendarahan, ia dan suaminya, Mas Eko pun berkonsultasi ke dokter, dan ketahuanlah bahwa Dian menderita penyakit lupus. 


Aku sempat kesal juga melihat dokter yang menangani Dian tidak serius, cuek, dan tidak ada basa-basinya sama sekali. Dokter ybs malah menyuruh Dian mengonsumsi dua puluh butir tablet setiap harinya yang menimbulkan sejumlah efek samping dan yang paling parah, Dian kehilangan sebagian besar penglihatannya karena syarat matanya yang sudah pucat. 


Dian berada dalam titik terendah dalam hidupnya, kehidupan yang awalnya baik-baik saja sekarang berubah. Untungnya Dian selalu ditemani oleh keluarganya, Bi'ah, Pak Ade, dan Mas Eko yang senantiasa bersamanya berjuang melewati segalanya.
"Dian, ketika ada sesuatu yang hilang dari tubuh kita, akan ada sel lain yang menggantikan fungsinya. Kamu akan melihat dengan kulit, dengan pendengaran, dengan penciuman . . ."
"JIKA kita punya anak laki-laki, kita beri dia nama Ismail, ya, Dian, Ismail itu nabi yang sanggup menghadapi ujian seberat apa pun." 


 Sunrise Serenade mengingatkanku kepada Hairless yang ditulis Ranti Hannah,seorang cancer survivor. Kedua cerita ini begitu menyentuh hatiku, membuatku meneteskan airmata, dan secara tidak langsung menuntutku untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. 


"Aku belajar bahwa kesehatan jiwa jauh lebih penting dibandingkan kesehatan fisik. Sebab jiwa yang sakit akan menyeret fisik untuk ikut sakit bersamanya. Sebaliknya, jiwa yang kuat akan menguatkan fisik yang lemah untuk ikut kuat bersamanya."


Sunrise Serenade, perjuangan para wanita-wanita kuat, dimana dalam kesakitan yang mereka rasakan, mereka masih bisa memberi penghiburan kepada para penderita lupus lainnya. Aku terkejut ketika Dian memutuskan untuk mendirikan sebuah yayasan bernama SDF (Syamsi Dhuha Foundation) disela-sela perawatan penyakitnya. Dan aku percaya bahwa dengan banyak memberi, secara otomatis kita juga akan banyak menerima. Dan Puji Tuhan, Dian mendapat keluarga baru, sahabat, serta orang-orang yang dulu tidak dikenalnya, namun sekarang menjadi keluarga besarnya.


"Our creator designed beyond our mind. Ia tidak mengambil tanpa menggantikan dengan yang lebih baik."  


SDF dengan slogan 'Care for Lupus, your caring saves lives' memberi bantuan kepada para penderita lupus dan low vision. SDF memiliki dua divisi utama yaitu : Care for Lupus (CFL) dan Care for Low Vision (CFLV). SDF sendiri telah mengembangkan sayap hingga ke luar negeri dengan harapan bahwa semua manusia, tak memandang beda ras, agama, suku, dan budaya akan mengulurkan tangan mereka untuk membantu meringankan beban para penderita lupus.


"NAMUN, percayalah pada hal ini : harapan yang terus dikayuh jarang membuatmu kecewa. Kadang ia hadir seperti hadiah pada saat yang tak kita duga, dari orang yang tak kita sangka."


Terima kasih Dian Syarief yang sudah berbagi ceritanya, terima kasih Mas Eko yang tetap berada disamping mba Dian dalam keadaan apa pun itu. now I know that true love does exist, dan terima kasih Gagas Media telah kembali menerbitkan buku 'true story' seperti ini.




Website : http://www.syamsidhuhafoundation.org/
Care for Lupus, your caring saves lives.