Monday, July 30, 2012

With You - Christian Simamora & Orizuka

Judul : With You
Penulis : Christian Simamora & Orizuka
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2012
Tebal : 316hal
ISBN : 9789797805739
Sinopsis : With You
Review :
With You adalah gagas duet yang paling kutunggu-tunggu. Karena sudah hapal dan suka gaya menulis dari kedua penulis ini aku jadi nggak ragu buat beli buku ini. Buku ini dimulai dari cerita Cinderella Rockefella, yang ditulis oleh C.S. Haven't I mentioned yet kalau baca tulisannya C.S aku bisa senyum-senyum sendiri? Tulisannya ringan, seputar kehidupan kota metropolitan, dan sexy. Ya, tulisan C.S sexy dan mungkin akan selalu sexy.hehehe. Tapi mungkin itulah ciri khasnya and I love it :)

Cindy Tan, model papan atas yang menjadi idaman para pria, pernah mengecap rasa patah hati akibat tidak bisa berkomitmen. Belum bisa melupakan masa lalu sepenuhnya, Cupid mempertemukannya dengan Jere, model laki-laki yang memiliki bentuk tubuh yang tak bisa dilewatkan dengan hanya sekali pandang. Ketika diajak buat dinner bareng, Cindy dengan cepatnya menolak. Berlama-lama berada di tempat yang sama dengan Jere hanya membuat Cindy kepanasan, ingin kipas-kipas, dan jantung berdebar-debar tak karuan. But guess what? Cindy say yes. . . .


Sunrise, ditulis oleh Orizuka, bercerita tentang Lyla, saudara sepupu Cindy yang masih hidup dalam bayang-bayang pria yang ia pacari selama 4 tahun belakangan ini. Hanya perlu kurang dari dua menit untuk mengucapkan kata 'kita putus' tapi butuh berpuluh-puluh hari, mungkin bulan, untuk melupakan sosok dan kenangan bersamanya.

Bahkan setelah putus, yang ingin kita lakukan hanya mengubur memori-memori itu, berharap bahwa kita pada akhirnya bisa melupakan semuanya, tapi kenangan itu selalu muncul hingga kita menyerah dan berhenti berusaha untuk melupakan. Mereka bilang, time will heal. Tapi itu semua terdengar nyaris tidak mungkin ketika kita masih sering bertemu dengannya. Lyla ingin melupakan Juna dengan berlibur ke Karimunjawa tapi siapa yang mengira disana ia malah bertemu dengan Juna. Juna yang pernah mengisi ruang dan waktunya selama 4 tahun. Lyla dan Juna sama-sama mencintailaut dan segala isinya. Kecintaan tersebut membuat mereka menyadari bahwa mereka memiliki perasaan yang lebih terhadap satu sama lain. Tapi kita ketika mereka dipisahkan oleh jarak, semua hal tak terduga terjadi, termasuk putus. . .

Sekarang setelah mereka dipertemukan kembali, apa yang harus Lyla lakukan? Move on atau sebaliknya?



Orizuka adalah salah satu penulis favoritku. Ia selalu bisa mengangkat isu kehidupan masyarakat dengan sangat baik. Cerita Sunrise ini sedikit banyak mengingatkanku pada kisah cintaku sendiri. Ada beberapa bagian dimana aku merasa mirip dengan Lyla. Good to know Lyla akhirnya menemukan pria yang ia cintai.

Saturday, July 21, 2012

Tersulut - Catching Fire by Suzanne Collins

Judul : Tersulut - Catching Fire
Seri : The Hunger Games
Penulis : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2010
Tebal : 424hal
ISBN : 978-979-22-5981-0
Sinopsis : Catching Fire - Tersulut
Review :
"Katniss," kata Gale pelan.
"Jangan," bisikku.
"Katniss, tak ada lagi Distrik Dua Belas."

Itulah kata-kata terakhir dari Tersulut yang membuatku sedih dan ingin menangis. Sebenarnya bukan hanya pada Distrik Dua Belas saja aku menaruh harapan, tapi pada Distrik-distrik lainnya. Sampai kapan mau berada dibawah kuasa Capitol dan Presiden Snow yang licik itu? Aku berharap bahwa pemberontakan kecil namun berefek luar biasa besar yang dilakukan oleh Katniss saat mengakali Presiden Snow dengan berpura-pura memakan buah berry beracun pada akhir pemilihan juara akan merangsang para penduduk untuk melakukan aksi yang sama, pemberontakan.

Dan benar dugaanku, ketika aku mulai membaca bab-bab awal, Presiden Snow sendiri yang datang ke rumah baru Katniss setelah menjadi juara Hunger Games di Desa Pemenang di Distrik Dua Belas. Orang awam akan mengira kunjungan Presiden Snow adalah hal lumrah untuk mengucapkan rasa bangganya terhadap para pemenang, tapi tidak dengan Katniss. Dia bisa mencium bahwa kedatangan Presiden Snow tidaklah untuk berbasa-basi mengucapkan selamat. Pemberontakan telah direncanakan oleh beberapa distrik dan itu semua dilucuti oleh pembangkangan Katniss. 

Harus ada orang yang berani bersuara, dan orang itu adalah Katniss Everdeen. Namun sekarang ia menyesal karena ancaman yang ia terima jika kembali terjadi pembangkangan adalah kematian bagi ibunya dan Prim, serta orang-orang yang ia cintai, Gale, dan bahkan Peeta. Presiden Snow ingin mengontrolnya, memastikan bahwa Katniss patuh dan tunduk pada setiap perkataannya. Katniss yang kuanggap wanita tangguh dan pemberani menjadi begitu rapuh dan tak berdaya pada buku kedua ini. Kemana Katniss, si gadis yang terbakar dan pemberani?

Karna pembangkangan yang ia lakukan, Katniss harus menjalani berbagai rencana licik yang sudah dirancang Presiden Snow. Dan tidak cukup sampai disitu, karena secara mengejutkan Peeta dan Katniss yang awalnya akan menjadi mentor baru untuk peserta Quater Quell, Hunger Games ke-75 malah menjadi pesertanya sendiri! Mereka yang menjadi peserta adalah mereka yang dulunya keluar sebagai pemenang Hunger Games.
"Ingat, kau tidak lagi berada di arena yang penuh dengan anak-anak yang gemetar ketakutan. Orang - orang ini semuanya pembunuh berpengalaman, tidak peduli apa pun kondisi fisik mereka saat ini."
Jujur saja aku terkaget-kaget ketika membaca part-part tertentu dalam buku ini. Betapa sadis dan kejamnya aturan yang diciptakan Presiden Snow untuk melawan para pemberontak yang bersimbolkan burung Mockingjay. Orang-orang yang kusukai sejak awal buku pertama pun tak lupus dari tebasan kekejamannya.

Jika pada buku pertama aku masih belum bisa menentukan pihak mana aku berada, saat ini juga aku memutuskan untuk berada di team Peeta. Aku menyukai Gale, tapi penggambarannya membuatku yakin bahwa Gale lebih cocok menjadi sosok kakak untuk Katniss. Di samping itu, Peeta terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja :) Dia begitu tulus sehingga untuk sepersekian detik aku merasa Katniss tak pantas untuknya.

"Peeta, kenapa aku tidak pernah tahu kapan kau mimpi buruk?" tanyaku.
"Aku tidak tahu. Kurasa aku tidak menjerit atau meronta-ronta atau semacam itulah. Aku hanya lumpuh dalam ketakutan, katanya.
"Kau seharusnya membangunkanku," kataku.
"Tidak perlu. Mimpi-mimpi burukku biasanya tentang kehilangan dirimu," kata Peeta. "Aku baik-baik saja setelah aku sadar kau ada di sini." pg.100
Alasanku untuk segera melanjutkan bacaan ini setelah selesai membaca The Hunger Games adalah atas komen-komen dari ci Aline Tobing dan Lona pada reviewku di GR. Intinya cuma satu, supanya aku segera berkenalan dengan Finnick. Dan untuk itulah, aku juga ingin menyulutkan rasa penasaran bagi mereka yang belum membaca seri kedua ini. Berkenalanlah dengan Finnick. Para wanita menyukainya ;)

NB : Tersulut baca bareng Putri ^^ Reviewnya bisa di baca di Celoteh Putri Tentang Buku
Review Buku Pertama : The Hunger Games

Best Friend Forever - Orizuka

Judul : Best Friend Forever
Penulis : Orizuka
Penerbit : Puspa Populer
Tahun : 2012
Tebal : 168hal
ISBN : 9786028287760
Sinopsis : Best Friend Forever
Review :
Sepertinya sudah lama sekali ketika aku pertama kali membaca kedua buku terdahulunya. Aku sudah tidak memiliki bayangan tentang apa ceritanya. Yang jelas, aku masih ingat kalau aku menyukainya. Keempat laki-laki ini dulu kuibaratkan sebagai F4. Sid, Rama, Cokie, dan Lando, keempat lelaki yang memiliki pribadi bertolak belakang satu sama lain namun mampu beradaptasi dan akhirnya bersahabat.

Sid, lelaki berambut pirang yang membawa tawa dan keceriaan bagi para sahabat-sahabatnya. Lando, memiliki otak cemerlang namun terhambat finansial dan menyebabkan ia hampir putus sekolah. Rama, lelaki yang tak sadar kalau ia telah jatuh cinta pada kakak temannya sejak pertama kali berjumpa, dan Cokie, yang terkenal paling ganteng dan digilai para wanita di sekolahnya.

Baru kali ini aku membaca buku yang tergolong tipis namun merasa puas. Bagiku buku ini ibarat masakan. Bahannya komplit, bumbunya diracik pas, dan tidak overcook. Kalau ditanya diantara keempat lelaki ini siapa yang paling kusuka, dan siapa yang tidak ingin kujadikan pacar,dll sebenarnya jawabannya cukup mudah.

1. Yang ingin kuhindari / tidak ingin kujadikan pacar = Cokie.
Alasan :
Terlalu tampan. Memiliki pacar berwajah tampan menjadi tantangan tersendiri buat setiap pasangannya. Mampu nggak menghadapi tatapan-tatapan ganas dari para wanita di luar sana? Atau sanggup nggak ketika para wanita bukan hanya mau melihat tapi juga ingin mengenal lebih jauh? Atau mungkin lebih parahnya ketika sang pacar menyambut rasa penasaran mereka dengan tangan terbuka seolah itu bukan masalah?

2. Yang ingin kujadikan guru les/bimbingan = Lando
Alasan :
I suck at math. Lando yang baik dan berotak encer tentu takkan pelit untuk berbagi ilmu. Aku yang terkadang soal tambah kurang aja bisa silap apalagi kalau disuruh selesai soal sin cos tan, mungkin harus belajar sehari semalam dulu baru bisa menyelesaikannya. Tapi Lando membuat semuanya kelihatan terlalu enteng. Jadi Lando adalah pilihan yang tepat untuk kujadikan guru les :D

3. Yang ingin kujadikan tempat berbagi ketika sedih = Sid
Alasan :
Sebenarnya Rama juga cocok untuk dijadikan tempat curhat, tapi ketika aku sedih dan ingin berbagi, aku ingin ada seseorang yang bisa menghibur dan membuatku tertawa. Dan Sid adalah orang yang tepat. Kenapa bukan Rama? Karena......

4. Yang ingin kujadikan pacar adalah Rama :)
Alasan :
Karena dengan umurnya yang masih muda dia sudah berperilaku dan berpikiran secara dewasa. Kalau ingin memiliki pacar yang sanggup membuatku tertawa terus, Sid adalah orangnya. Tapi tidak, aku ingin memiliki seseorang yang tahu jelas kapan harus serius dan kapan waktunya bercanda. Aku juga tidak ingin Lando sebagai pacar karena aku tidak mau mati kesal karena harus terus curiga atau khawatir ia akan berpaling hati. Bukan karena aku tak percaya, tapi perasaan itu akan muncul dengan sendirinya jika pacarmu adalah lelaki tampan yang jelas bukan hanya dirimu sendiri yang suka tapi mungkin berpuluh-puluh wanita di luar sana. I feel you, Via :) Aku juga tak ingin memacari Lando karena ia akan asyik berkutat dengan soal-soal matematika *alasan*. Intinya, Rama adalah pria yang paling ideal buatku. Karena ia dewasa, tenang, dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan.

Gimana dengan kalian? :)


Thursday, July 19, 2012

Art Geeks and Prom Queens - Alyson Noel


Title : Art Geeks and Prom Queens
Author : Alyson Noel
Publisher : St.Martin's Press
Publication Date : September 1st 2005
Format : Paperback, 240pages
Synopsis : click here
Review :
You Reap What You Sow

Rio Jones is a new kid from New York. She's got her mother's look and height. Basically, she is a gorgeous girl. But somehow she doesn't aware of  it. She starts to hang out with Jas and Mason and for some reasons, she got detention and her mother told her not to hang out with them anymore. Then she meets Kristi, a popular girl who seems to have lots of friends. Kristi told her that in order to be one of her friends, Rio needs to follow some rules, which most of it are ridiculous. It was a new thing for Rio. She used to have two best friends and they did not seem to have any rules to follow.

I enjoyed reading this, although at some points I found myself shaking my head in disbelief. Like seriously? *Rolling eyes* I am not fond of Rio. She is very easily influenced by anything and she acts like she's living in a fairy tale, which a bit annoying. I wish she finds the courage to say 'No' but no, she just goes with Kristi's plans and rules.

Lessons to be learned :
1. Just be yourself. Don't pretend smoking if you just want to look cool. Trust me, you will look ridiculous by then. Especially when you ended coughing,etc. Your friends won't tell you that you are such a cool person, but instead they will call you a liar for lying that you can smoke. So, just be yourself.
2. Don't think too much about how people will react towards you. Instead put yourself first.
3. Don't get overconfident. It will just do more harm than good.
4. Don't pretend to be someone else or like things that you actually hate just because you are desperately want to join the popular groups. Back to point no.1, just be yourself.
5. Don't befriend with someone who think that you eating your entire lunch is gross.
6. When someone you know give you a cocaine, tell yourself that (s)he isn't your friends and say 'No'.
7. Don't play with someone's heart because it's not a toy.

"Zane seems really nice?"
"Really? You think so?"
"Well, yeah."
"Well, that's nice. 'Cause we broke up.'


"I guess I kind of blew that, huh?"
"You didn't know."
"Well, Monique seemed really nice. Or did you break up, too?
"No, we didn't break up, we're still together." pg.64

When I was reading this, I was like,'Geez, what the hell is wrong with Rio?? Is she out of her mind?
That's not kind of a joke at all. I don't know why she said that in the first place. *sigh* She tries to be funny but it turned out so bitter and odd.

When she befriend with Kristi and her groups, she admits that everyone starts to know her and call her name. But is it really worth it? Like when you make over yourself thoroughly, do you really want it? I mean, yes, maybe people will start admire you but what about yourself? Do you like it? Do you make it for yourself or just to please people? For me, my opinion is more about important than others. Their opinions are important as well, but when you look at yourself in the mirror and you find it charming while your friends tell the opposite, don't change any of it. People have a different style and point of view. You can follow them, but it doesn't mean that you have to follow their words all the time. You know, you have to love yourself first before someone else can love you. 





When I finally get that this book involves bullying, I can't help but sigh. I'm quite aware that bullying happens a lot at school where jocks, popular crowds try to gain power and control over another students. When they ask you to join their groups but you resist, you will just be their new enemy. If you are not a tough person, they will see you as easy target and try to attack and humiliate you. If you can't defend yourself better, then you will just be a particular victim that get bullied repeatedly over time. I learned this from the book I read for my thesis, Nineteen Minutes.

The only way to prevent and stop it is to talk openly about it. Find someone you trust to share this thing. You can talk to your parents about it. Don't ever think that they don't care. Children are their pearls, they will listen and help you get through your problems.

The Hunger Games - Suzanne Collins

Judul : The Hunger Games
Series : The Hunger Games Series
Penulis : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2009
Tebal : 408hal
ISBN : 978-979-22-5075-6
Sinopsis : The Hunger Games
Review :
Sejujurnya aku sudah memiliki buku ini pada tahun 2009. Dan selama tiga tahun ini, aku sudah berusaha membacanya sebanyak empat atau lima kali namun selalu terhenti di bagian awal. Mau tidak mau aku jadi berpikir apakah buku ini tidak cocok untukku? Lucunya buku ini menjadi best-seller dan mendapat rating tinggi di Goodreads, 4.50. There must be something wrong with me, kan? :D

Akhirnya ketika tahu bahwa The Hunger Games akan ditayangkan di bioskop, aku memutuskan untuk menontonnya dengan harapan bahwa setelah menontonnya aku jadi tahu sebenarnya apa sih isi dari The Hunger Games ini.

Well, aku pun memutuskan untuk kembali membaca buku ini dan bertekad akan menyelesaikannya. Tidak ada lagi yang namanya baca setengah-setengah atau berhenti di awal. Tekadku bertambah bulat ketika aku memutuskan untuk membacanya bareng Putri.

The Hunger Games, ketika hidup bergantung pada belas kasihan dari Capitol. . . .
Pemberontakan terdahulu membuat setiap Distrik harus menyerahkan satu laki-laki dan satu perempuan untuk diadu nasibnya di acara televisi The Hunger Games. Bagi sebagian Distrik, menyerahkan anak-anak mereka sama saja dengan mengubur anak mereka hidup-hidup. Kecil kemungkinan mereka masih akan hidup dan kembali ke Distrik mereka dengan keadaan utuh. Namun bagi Distrik lainnya, pemilihan ini adalah kebanggaan tersendiri untuk mereka. Karena mereka telah dilatih untuk berperang dan membunuh.

Membunuh atau dibunuh? Itu pilihannya. . . .
Katniss Everdeen, wanita tangguh yang berusaha menghidupi adik dan ibunya dengan berburu di dalam hutan. Masuk ke dalam hutan adalah perbuatan ilegal. Tapi Katniss tak pernah punya pilihan sejak ayahnya meninggal. Katniss pandai memanah. Belajar dari sahabatnya Gale, Katniss juga pandai menggunakan pisau,dll.


Ketika pemilihan diadakan, betapa terkejutnya Katniss karena dari ribuan nama penduduk Distrik 12, nama adiknyalah yang terpanggil untuk maju, Primrose Everdeen. Katniss pun mengajukan diri untuk menggantikan adiknya. Dan pria yang terpanggil adalah Peeta Mellark, seseorang yang dikenal Katniss.

Setelah menjadi peserta dari masing-masing Distrik, sebanyak 24 peserta akan saling bertarung dan membunuh untuk menjadi sang juara. Hanya satu juara yang dikehendaki. Peserta bisa mati karena apa saja, dibunuh, kedinginan dan kelaparan. Bukan hanya kemampuan bertarung yang harus bagus, tapi kemampuan untuk bertahan dialam bebas pun diperhitungkan. 

Peeta, adalah anak seorang pembuat roti. Walau tidak begitu tinggi, namun Peeta memiliki tubuh yang kekar dan lebar. Akankah Peeta membantu Katniss di arena perang tersebut atau sebaliknya?

"Jangan mati demi aku. Kau tak boleh lagi melakukan apa pun untuk membantuku. Setuju?"
"Mungkin aku melakukannya untuk diriku sendiri, Peeta, pernahkah kau berpikir seperti itu? Mungkin kau bukan satu-satunya yang... yang kuatir tentang...seperti apa rasa jika..." pg.327


Aku belum bisa menentukan tim mana yang harus kudukung, Team Peeta atau Team Gale. Tidak adil rasanya bagi Gale karena dalam buku pertama ini perannya belumlah begitu banyak. Sementara Peeta yang bersikap seperti lover boy terhadap Katniss kuanggap memanfaatkan kesempatan disaat yang tepat. Terlepas dari kisah cinta pertamanya, kurasa Gale pun punya cerita yang sama. Let's see bagaimana cerita di buku kedua. 

Monday, July 16, 2012

My Only - Irin Sintriana


Judul : My Only
Penulis : Irin Sintriana
Penerbit : Media Pressindo
Tahun : 2012
Tebal : 216hal
ISBN : 9799111072
Sinopsis : My Only
Review :
Bab awal sangat menarik minat. Tentang seorang laki-laki dewasa sehat lahir batin yang berlagak bak seorang ayah yang selalu benar dalam segala hal. Alhasil, jika ia tak senang akan kondisi di rumahnya, atau jika ia tiba-tiba ber-mood jelek, maka istrinya akan menjadi sasaran empuk dari layangan tangannya. Tisya kecil mungkin masih belum tahu banyak hal. Tapi ia tahu satu hal, bahwa seorang suami seharusnya menyayangi istrinya, bukan memukulnya. Tisya yang sering menyaksikan kejadian itu, selalu membela ibunya.  Karena tindakannya yang berani, ayahnya mengurungnya di gudang setiap kali ia dan istrinya bertengkar.

Tisya kecil takut, tapi tidak ada yang bisa menyuruhnya berhenti untuk membela ibunya. Suatu ketika, perbuatan kasar ayahnya mengakibatnya ibunya harus dilarikan kerumah sakit. Akibat benturan yang keras, ibu Tisya mengalami amnesia. Karena stress berkepanjangan, ia pun menjadi gila dan ayahnya ditahan di penjara.

What a life. Seorang anak kecil seperti Tisya sudah harus mengalami berbagai cobaan berat yang menimpanya dan ibunya. Seperti ibarat, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sejak saat itu pula, Tisya trauma dengan yang namanya laki-laki. Baginya semua laki-laki akan berperilaku sama seperti ayahnya.

Tisya yang berhati keibuan memulai karirnya sebagai guru di sebuah sekolah. Di sana ia bertemu dengan Ben, lelaki yang kelihatannya begitu tertarik pada Tisya. Ben melontarkan kata-kata manis dan disambut dengan kata-kata pedas dari Tisya. Tapi tentu pandangan tak percaya, benci,dll itu bisa berubah ketika seseorang begitu commit dalam perbuatan dan perkataannya kan? :)


"Kau berhak membenciku dan aku berhak menyukaimu." pg66

"Itu cukup bagiku, Sya. Asal kamu mau berjanji untuk membuka hatimu, aku akan mencari jalan untuk masuk ke dalamnya."pg.90



PS : Buku ini buntelan dari mamak Maggie :) Bunch of thanks mak.

Sunday, July 15, 2012

Nineteen Minutes - Jodi Picoult


Nineteen MinutesNineteen Minutes by Jodi Picoult
My rating: 5 of 5 stars
Publication Date : November 2007
Publisher : Atria Books
Review :

Jodi Picoult, thank you for writing such a good book for you readers. I'm not a loyal one, but i'm a fan now :)

I chose this topic for my thesis, bullying.

Bullying is a form of aggressive behavior manifested by the use of force or coercion to affect others, particularly when the behavior is habitual and involves an imbalance power. It can include verbal harassment, physical assault, or may be directed repeatedly over time towards particular victims, perhaps on grounds of race, religion, gender, sexuality or ability. source : wikipedia

Nineteen Minutes is a story that portrayed a young boy, Peter Houghton who had been bullied for almost every day in his life. Since he began his first day of kindergarten, he had been fooled around by random boys who shared the same bus with him. Id did not stop there but keep on happening until he was in senior high school and finally he decided to end it in his own way.

"Everyone's saying I ruined their lives, but no one seemed to care when my life was the one being ruined." pg191

As a matter of fact, it is not only Peter who got bullied, but there were other students that got bullied as well. But none of them were getting very bad treatment like Peter did. Josie was used to be his friend, but then she decided to join the popular group at school and abandoned Peter.

"Why do you think they targeted you?"
"I don't know. They're like a pack. They have to make someone else feel like shit in order to feel good about themselves."


"Where do you want me to start," Peter answered, bitter. "In nursery school, when the teacher would bring out snacks, and one of them would pull out my chair so I'd fall down and everyone else would crack up? Or in second grade, when they held my head down in the toilet and they flushed it over and over, just because they knew they could? Or that time they beat me up on my way home from school and I needed stitches?" pg.191

Peter was a natural target for bullies and his life was all downhill from the first day of kindergarten when his Superman lunch box was thrown out of the school bus window onto the highway. As time passed and he got older, the same group of bullies had been slamming him into lockers, kicking him, punching him, verbally abusing him and intimidating him for as long as he could remember.

"You are the thing that used to be normal, but that may be so long ago, you can't even remember what it was like."pg195

"Did you ever tell anyone about what was going on? Parents? Teachers?"
"No one gives a crap," Peter said. "They will tell you to ignore it. They say they'll be watching out to make sure it doesn't happen, but they never watch." pg192


When the bullying took place, Peter had asked helped and reported the bullying to his parents and his teachers at school. Sadly, teachers and parents told him not take it seriously and instead told him that he needed to stick up for himself, that he has to find a way to stop the bullying happened by his own self. He was just a kid by then. Thus, when his father taught him how to use rifle, he gladly learned how to shoot. In his mind, those guns could help him solve his problem.

"I don't think I can go to your house on Friday." "How come?" "Because my mom said she'll punish me if I lose my lunch box again." "That's not fair,'Josie said. Peter shrugged. "Nothing is." pg113

Q : Why are you so interested in this topic? And what do you want to deliver to people when they read your thesis?
A : I am so interested in this topic because i'm quite aware that bullying happens in the real life as well.I want to let them know bullying is a serious problem that needs to be taken seriously. I want to let them know that bullying is wrong and it is not a funny thing to do at all. Because bullying means that we kill someone's right to feel safe and happy in world.

Just like Jodi Picoult wants to deliver her messages through writing to her readers, I myself want to deliver about the effects of bullying to my readers. That the effects of bullying may lead to long-term health and emotional effects. In this case, Peter Houghton had suffered through relentless bullying for twelve long years resulting in a serious psychological trauma. His syndrome was called Post-Traumatic Stress Disorder or PTSD. PTSD is a severe anxiety disorder that can develop after exposure to any event that results in psychological
trauma.

Q : How many types of bullying that you found in this novel?
A : I found four,Sir. There are physical bullying, verbal bullying, cyber bullying and sexual bullying.

Q : Explain each of it!
A : Physical bullying is a form of bullying that occurs when someone is physically harmed through being bitten, slapped, punched, kicked or any other physical attacks. In this case, Peter H had been slammed into a locker and a wall for so many times that he could remember.

Verbal Bullying occurs when someone uses language to gain power over his or her victim. In this case, the popular kid humiliated Peter by saying that he was a freak, a homo and many other name-calling.

Cyber bullying includes sending a rude, vulgar, mean, threatening messages or images, posting sensitive or negative information about another person. The popular group used an online media and instant messages to intimidate him by saying that he was a loser, fag,etc.

Sexual bullying is related to a person's appearance, body parts or sexual orientation. One of the jocks, Matt yanked Peter's pants down showing his genital in front of many students at the cafeteria. Peter was carrying a milk at that time and it spilled out through his genital, they made a joke about that by saying he was having a premature ejaculation.

Q : So, what action did he take to stop the bullying?
A : Well, actually he had tried many things to stop the bullying happened. He had reported it to teachers but they did not take his words seriously because they thought that it was just part of growing up. He had also told his parents, but instead of getting support, they told him to find a way to stop it by himself otherwise he would be punished. So, Peter Houghton finally decided to end the bullying by his own self. He took a violent and extreme action by carrying four guns at school, and used two of them to shot nineteen people, resulting ten were dead and nine were wounded. As the result, he was convicted with eight counts of first degree murder and two counts of manslaughter and sentenced to life in prison. And one month after the conviction, he decided to end his life by suffocating himself with a soak.

The questions above were questions that my examiners asked me yesterday when I was having my green table examination. I answered them confidently like I was telling a story or something like that. To be honest, I'm not a good storyteller. I'm better in writing than speaking. But I don't want to go into a war without any weapons. So, I studied, reading my post-it that I pasted all over my laptop and practice everyday. Thank God I did not mess up anything. Instead my examiners seemed to enjoy the time we had and even asked for more details about Peter showing that they were interested in this topic. As the result I got an A. Thank God. Thank you again, Jodi.


Friday, July 6, 2012

The Boy Who Sneaks in My Bedroom Window




Title : The Boy Who Sneaks in My Bedroom Window 
Author : Kirsty Moseley
Publication Date : April 30th 2012
Publisher : Createspace
Synopsis : click here
Review : 
This book is so sweet. Liam is so sweet. Everything about this book is so sweet except Amber's father. Things were already getting tense in the first chapter. Amber's father was a bad and abusive father and even a worse husband. He was a bad tempered person and always wanted to rule his family. If things did not go as what he said, he would start to slap and kick his children and even his wife. 


Amber lived in fear. She was too scared to do anything when his father was around. One day his father was trying to rape her but Jack and Liam, Jack's best friend who lived next to their house came and beat him up. Amber was fragile and couldn't bear to be touched.She was always had a terrible nightmare and she woke up screaming every day. Neither Jack nor his mother could calm her down. But surprisingly, Liam could. Liam did not call her with Amber. But instead he called her Angel. You'll be surprised when you know why :) Liam, the sweetest guy ever, tapped on her bedroom window and asked if he could get in. He She was eight and Liam was ten. At such a young age, Liam had managed to be a good boy for Amber. He let her hugged him to sleep and it became such a ritual ever since. 


I know it sounds wrong, but they never did anything bad actually. Liam was like a pain in the butt for Amber. He was always teasing her, eating her cereal, and always showing off. But other than that, Liam was such a gentleman for her. Well, he was a bit possessive but I could accept that. hahaha. I really love this guy. And I have a thousand reasons to tell why I love him. He was a very good friend for Jack, he took care of Amber and never took her for granted. Not to mention he was always listening to Amber and put her first above all else. That was very sweet of him. Seriously, where can I find someone like him? 


"Why do you keep doing that?" I asked.
"Doing what?" he asked
"Every time I start to fall, you make yourself fall backwards so I land on top of you. You're going to hurt yourself.
He shrugged. "Rather me than you."

I love how he was so proud of Amber as his girlfriend and always told his friends, "I have a girlfriend' etc. Normally, if a guy talks much about his girlfriend to his friends, it means that he loved her so much and want his friends to know and be happy for them too.

"You know what, you wouldn't stand a chance. My girl is incredibly beautiful, both inside and out."

I'm afraid if I will spill everything lol. It is so hard for me not to say how good he was as a person and a boyfriend. He did not rush anything but he was willing to wait for her. What a gentleman. Have I said that before? :D



"You're worried about sex," he stated.
"I can wait as long as you want. I really am crazy about you, it's not about sex."
"What if I said I didn't believe in having sex before marriage?" I asked, testing him.
"Then I'd say how about we get married as soon as you're old enough. Eighteen is the legal age, right? he replied, winking at me.


"Liam, I don't want to ruin your future," I whispered. He smiled and kissed me lightly. "Angel, you're my future."

PS : Liam James is the best male character of Young Adult that I'd ever read. I'm not exaggerating, tho. 

Rating : 5/5 I'd give Liam score 10 out of 10.


Thursday, July 5, 2012

Cinta Kedua (Love's Encore) - Sandra Brown


Judul : Cinta Kedua (Love's Encore)
Penulis : Sandra Brown
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2007
Tebal : 280 hal
ISBN : 9792231323
Sinopsis : Cinta Kedua (Love's Encore)
Review :
Camille Jameson harus kembali mengingat masa lalunya ketika ia disewa untuk mendekorasi ulang Bridal Wreath miliki Raybrun Prescott. Ia tak pernah menyangka bahwa ia akan kembali bertemu dengan Zack, lelaki yang pernah singgah di hatinya. Zack adalah putra tunggal Rayburn. Pertemuan itu membuat mereka berdua canggung. Tapi Zack segera memulihkan diri dan mulai mengejek Camille.

Pertemuan singkat mereka dulu ternyata menorehkan cerita tersendiri bagi Zack dan Cammile. Awalnya Camille membenci Zack dan Zack pun berperilaku tidak menyenangkan. Camille berniat membatalkan proyek itu namun Zack meyakinkan ayahnya bahwa Camille akan tetap melaksanakan proyek tersebut.

Bagiku Zack dan Camille seperti anak kecil. Sama-sama cinta tapi nggak mau jujur. Akhirnya Zack selalu mencari cara untuk membuat Camille cemburu dan Camille juga kurang lebih melakukan hal yang sama. Walau begitu Erica, janda tua yang dipacari Zack tidak disukai oleh keluarga Zack terutama ayahnya. Dan sebaliknya, Camille dengan mudahnya disenangi keluarganya tak terkecuali pelayan-pelayannya.

Beberapa buku Sandra Brown yang kubaca mengangkat tema yang sama, yaitu reuni. Reuni yang tak disengaja namun akhirnya mempertemukan si pria dengan si wanita kembali dalam satu tempat. Aku suka dengan temanya, tapi tidak dengan pernikahan yang bagiku sangat mendadak, tidak terencana, dan tidak ada gereja T-T Aku ingin menikah di gereja, mengucap sumpah sehidup semati di altar, dan mengakhirinya dengan sebuah ciuman.


Rating : 3/5

Berjuta Rasanya - Tere Liye



Judul : Berjuta Rasanya
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Penerbit Mahaka
Tahun : 2012
Tebal : 205hal
ISBN : 9786029474039
Sinopsis : Berjuta Rasanya
Review :
Berjuta Rasanya adalah kumpulan cerpen yang ditulis oleh Tere Liye. Aku bersama Putri membeli buku ini sewaktu kami mengadakan gath mini berdua di Medan Dari situ kami berjanji untuk baca bareng. Ini buku Tere Liye ke-3ku . Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin kurang sukses menggaet hatiku, sebaliknya Hafalan Shalat Dalisa membuatku menghabiskan segulung tisu. Dan kali ini aku memantapkan hati  untuk membaca buku Tere Liye lainnya, yaitu Berjuta Rasanya. Judulnya mengingatkanku pada sebuah lagu,"Jatuh cinta, berjuta rasanya."~~ *abaikan :D

Kumcer ini jelas bukan kumcer yang biasa kubaca di perpustakaan sekolah sewaktu aku masih SD. Kumcer ini juga bukanlah kumcer yang sering kubaca di majalah-majalah lokal. Kumcer Berjuta Rasa terkesan lebih unik. Membacanya membuatku meringis akan kondisi yang terpapar disana, dimana teknologi membuyarkan segala sesuatunya, kedengkian hati membutakan mata, dan keinginan untuk menjadi lebih baik namun tak dibarengi dengan usaha yang maksimal.

"Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk." pg26

Bagiku cinta tanpa komitmen itu takkan bertahan lama. Cinta yang hanya melihat fisik dan rupa itu adalah cinta yang dangkal, yang akan sirna ketika keindahan fisik tak lagi bersuara. Cinta yang baik adalah cinta yang tak mengumbar janji tapi bukti. 


"Masalahnya, apakah cinta itu? Apakah ia sebentuk perasaan yang tidak bisa dibagi lagi? Apakah ia sejenis kata akhir sebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membela diri lagi? Titik? Penghabisan?" pg136
Menjaga dan mempertahankan satu cinta saja sudah begitu sulit. Benarkah kamu ingin aku membelah hatiku dan membiarkannya berenang mencari pemilik yang lain? Cinta itu tak sepatutnya egois. Melihatmu bahagia bersama orang lain akan membuatku bahagia juga. Tapi itu akan berbeda halnya jika kita telah bersama tetapi dirimu diam-diam membelah hati. Aku mengasihani istri Fram, aku mengutuk janji palsu suaminya. Namun aku melihat cinta sejati di mata istri Fram.

Mencintaimu bukanlah sebuah penyesalan. Tak berani mengatakan isi hatiku padamu adalah penyesalan. 
(khusus untuk para lelaki di Kutukan Kecantikan Miss X dan Antara Kau dan Aku)

NB : Posting bareng Putri. Resensinya bisa dilihat di : Celoteh Putri Tentang Buku - Berjuta Rasanya

Monday, July 2, 2012

Seandainya - Windhy Puspitadewi


Judul : Seandainya
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gagas Media
Tahun : 2012
Tebal : 226hal
ISBN : 978-979-780-568-5
Sinopsis : Seandainya
Review :
Jika cinta, ungkapkanlah. Biarkan dia tahu. Biarkan mereka tahu. Cinta yang terpendam itu ibarat segelas tanpa air. Hampa. Kau tak mungkin berharap orang yang kau cintai memiliki kekuatan untuk bisa membaca pikiran orang kan? Even if (s)he has it, you still need to say it out, supaya mereka tahu bahwa mereka dicintai, vice versa. 

"Perbuatan terkadang tidak selalu cukup untuk mewakili perasaan, dalam beberapa hal kamu harus mengatakannya."pg87

Sebuah peristiwa konyol mempertemukan ke4 orang ini, Rizki, Christine, dan kakak beradik Juno dan Arma. Keempat sahabat ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Boleh dibilang bagai langit dan bumi. Tapi mungkin itulah yang mereka perlukan, perbedaan.

Mereka pikir mereka lebih tahu. Mereka pikir apa yang menurut mereka baik sudah pasti baik untuk yang lain. Pastikah? Bagiku mereka egois. 

Merendahkan diri, menganggap diri kurang/tidak pantas untuk orang lain, mengapa begitu pesimis? Belum tentu mereka juga beranggapan hal yang sama. 


"Kenapa kamu tidak melakukannya demi dirimu saja dan bukan Juno? Bukankah dengan begitu tekadmu untuk mencapainya akan semakin besar?" pg75

"Semua hal yang berwujud itu akan mati, membusuk dan menghilang bersama tanah..., tapi kenangannya tidak. Hanya kenangan yang tidak akan membusuk dan berlalu bersama waktu... tidak akan pernah. pg.49

Terkadang aku takut. Takut kepada mereka yang dengan mudahnya mengakhiri hidup mereka sendiri.
Wake up, people! Hidup itu bukanlah game yang sering kita mainkan di psp/komputer. Kita manusia juga bukanlah seekor kucing yang memiliki sembilan nyawa. Kita hanya satu nyawa yang harus kita jaga sebaik mungkin. Dan bunuh diri bukanlah sebuah penyelesaian.


Berhentilah memikirkan pendapat orang lain dan mulailah mendengarkan kata hatimu sendiri. Mengutip kata Alitt di bukunya Skripshit "Reality bites, so chew harder." 



NB : Pesan dari penulisnya harus ada plus minus dari novel ini. Okay, I'll try :)
Aku suka cover dan kertasnya. it's so beautiful! Itu tak terbantahkan lagi. 
Isinya. Jangan tanya aku, aku hanya penikmat buku. Bagiku tulisan mba Windhy selalu memberi angin segar tersendiri untukku.
Typo tidak banyak, malah mungkin cuma satu atau dua. Entahlah, aku terlalu asyik membaca. Namun, mataku seketika langsung terkontaminasi dengan typo 3 huruf. Yang seharusnya 'Der' tertulis 'Don'. Setelah dikonfirmasi, ternyata memang benar typo :)
Dan aku mau say thanks a lot ke mba Windhy yang selalu welcome ke pembacanya dan always asks for feedbacks. Bagiku penulis yang baik adalah penulis yang bukan hanya bisa menulis dengan baik tapi juga yang care enough to ask for feedback. 

Rating : 3/5

Sunday, July 1, 2012

Daisyflo - Yennie Hardiwidjaja

Judul : Daisyflo
Penulis : Yennie Hardiwidjaja
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Tebal : 256hal
ISBN : 978-979-22-8024-1
Sinopsis : Daisyflo
Review :
Seharusnya semua yang ada di dalam buku ini tidak perlu terjadi sehingga otak saya tidak perlu kusut dan korslet selama membacanya.


Suka atau tidak, cowok atau cewek seperti Tora itu selalu ada di dunia ini. 
Cara menghadapinya : 
1. Jangan mencintai seseorang hingga 100% alias tak bisa hidup tanpanya. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Bukannya ingin pesimis, bukan juga ingin narsis, tapi lebih baik mencintai dirimu. Dengan mencintai dirimu sendiri, kamu akan lebih menghargai dirimu dan berpikir bahwa bahagia itu adalah hakmu. 
2. Berhenti berpikir bahwa keadaan akan berubah seiring dengan berjalannya waktu. Jangan menghabiskan waktumu yang berharga untuk seseorang yang menganggap isi kantongmu lebih berharga daripada dirimu sendiri. Beranikan dirimu untuk bilang 'tidak'. Mungkin kedengarannya easier said than done, tapi no matter how hard it is, kita harus berani melakukannya. For a better future for ourself.

"Cinta tidak seharusnya dimulai dari keinginan untuk mengubah seseorang demi mencapai kebahagiaan, tetapi keinginan untuk tetap bahagia walau dia nggak bisa berubah."pg29

Membaca buku ini mau nggak mau membuatku sibuk menganalisa setiap karakternya. Tapi lucunya aku tidak bisa menebak kemana arah penulis membawa cerita ini. Sejujurnya tidak ada karakter yang aku suka di buku ini. Well, mungkin ada satu, Alexander. Tapi aku pun tidak tahu apakah ia menemukan ending yang tepat untuk dirinya sendiri. Karakter yang lain hanya membuatku stress. I don't even know why they existed in the first place.Yang aku tahu pasti bahwa semua perbuatan (baik itu buruk maupun baik) pasti selalu ada karmanya. 

Tora jahat di masa lalunya, di masa kini dia mendapatkan karmanya, 
Junot, bagiku jika cinta harus berani. Berani mengungkapkan, berani menjaga, berani mempertahankan. Junot, have you done your best?
Muli, you can't force someone to love you. if he fell in love with your best friend, just let it go. Pray for them. Go fishing. Lelaki bukan cuma Junot!
Tara, sejujurnya aku paling kasihan padanya. Di masa lalu ia disakiti, di masa kini ia menyakiti. Bedanya terletak di objek penderitanya. Dulu seberapa sakitnya Tara, ia tidak akan melawan and I said it was wrong, Tara. You have to do something. She did actually, but it was wrong again. *nangis*
Untuk bisa let it go and move on, Tara harus memaafkan dirinya sendiri, baru ia bisa memaafkan orang lain. 
Alexander, sigh* sama aku aja yuk? Lupakan Tara. 

"Aku tahu kamu sanggup mengorbankan apa pun demi seseorang yang kamu cintai. Tapi percayalah, aku pun sanggup." pg.33

Rating : 3/5