Wednesday, August 19, 2015

Critical Eleven - Ika Natassa


Judul : Critical Eleven
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 10 Agustus 2015
Tebal : 344hal
Sinopsis : Critical Eleven
Review : 
Ika Natassa menulis kumcer Critical Eleven di buku kumcer Autumn Once More -> YEAYYY 
Ika Natassa memutuskan untuk mengangkat kumcer ini menjadi novel!!! -> BIG YEAYYY
Reaksi heboh - heboh nggak jelas ini hanya bisa terjadi jika Ika Natassa, Mia Arsjad dan Esti Kinasih menerbitkan novel. I'm a big fan!

Pernah nggak merasakan yang namanya susah move on dari buku yang kamu baca? Ada nggak keinginan untuk pelan - pelan aja bacanya meskipun sebenarnya kamu sudah sangat gregetan pengen tahu kelanjutannya? Hal itu yang aku rasakan ketika baca buku ini >.< Nggak mau cepat berpisah dengan kisah Ale dan Anya tapi penasaran setengah mati dengan ceritanya. #aslimenderita. Dan setelah baca Critical Eleven selesai pun masih belum ingin baca buku lain karena belum bisa move on. :(



Banyak yang bertanya buku ini bercerita tentang apa, dan sering kali aku menjawab buku ini lebih mengarah ke life after marriage. Itu singkatnya. All I could think about marriage is the sweetness, the endless love and passion. Tapi ternyata pernikahan enggak semudah membalikkan telapak tangan. Pernikahan juga berarti kita mempercayakan masa depan kita bersama pasangan kita. Apa kamu udah sanggup menyerahkan hati kamu untuk digenggam oleh dia yang bisa membawamu kelangit tertinggi atau menjatuhkanmu ke jurang yang paling dalam? 

"Berani menjalin hubungan berarti berani menyerahkan sebagian kendali atas perasaan kita kepada orang lain. Menerima fakta bahwa sebagian dari rasa kita ditentukan oleh orang yang menjadi pasangan kita. That you're only as happy as the least happy person in a relationship." pg 8

Menikah setelah setahun berpacaran membuat Ale dan Anya masih begitu menikmati pernikahan mereka. Walaupun sudah berstatus suami isteri, namun terkadang mereka harus tinggal berpisah. Pekerjaan Ale di bidang pengeboran minyak di luar negeri membuatnya tidak leluasa untuk selalu berada disisi Anya. Namun yang namanya cinta mati, walau beda benua sekalipun tak jadi soal asal hati tetap satu kan? Tapi apa hanya dengan cinta mati aja sudah cukup??

"Marriage is a little bit like gambling, isn't it? In marriage, when we win, we win big. But when we lost, we lost more than everything. We lost ourselves, and there's nothing sadder than that." - pg 152-153

Kesengsem abis sama karakter Ale. But he is way too good to be true. Ale yang cinta mati sama istrinya, Ale yang rela ngelakuin apa aja buat menjaga rumah tangganya tetap baik-baik aja, Ale yang beli cincin lamaran 1.2karat di Frank&Co! hahaha #teamAle

"Ujian keimanan seorang laki-laki itu bukan waktu dia digoda oleh uang, perempuan, atau kekuasaan seperti banyak yang dikatakan orang-orang. Ujian keimanan itu sesungguhnya adalah ketika yang paling berharga dalam hidup laki - laki itu direnggut begitu saja, tanpa sebab apa-apa, tanpa penjelasan apa-apa, kecuali bahwa karena itu sudah takdirnya." pg 121

This is what I love about reading, dengan membaca buku aku disadarkan bahwa hidup itu terdiri dari banyak sekali variasi. Hidup itu berupa pilihan. Setiap hari kita diberikan pilihan, entah itu untuk bangun pagi lalu sarapan atau bangun pagi lalu mandi terlebih dahulu. Pergi kesekolah atau tetap tidur nyenyak di kasur empuk kita. Tapi pilihan - pilihan itu juga dibarengi dengan dampak - dampak yang akan terjadi oleh karena pilihan kita. Misalnya ketika kita memilih untuk bolos alih - alih hadir dalam seminar yang menentukan kelulusan kita, dampaknya adalah nilai akhir kita pastilah tidak bagus. Atau ketika kita memutuskan untuk berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya karena hari ini diprediksi jalan akan macet total. Dampaknya adalah kita tidak terjebak macet dan sampai di kantor tepat waktu. Life is full of choices. Sometimes you choose the right path and sometimes you don't. But there is nothing wrong about that. Because you are either win or learn the lesson.