Friday, December 30, 2016

Miss Clean - Sara Tee


Judul : Miss Clean
Penulis : Sara Tee
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal & Tahun Terbit : 247 hal & 25 Agustus 2014
Sinopsis : Miss Clean
Review :
Terbiasa dengan hiruk pikuknya Jakarta membuat Adelia tidak betah ketika ia harus terpaksa pindah dengan orangtuanya ke Solo dan tinggal bersama neneknya. Awalnya Adelia berpikir pindah ke Solo bukan masalah besar karena toh itu salah kota di Jawa Tengah. Tapi bayangannya sirna seketika sewaktu ia tahu ia akan tinggal di pinggir kota yaitu di daerah Mojosongo. Adelia marah dan kecewa kepada orangtuanya karena dibenaknya mereka sengaja memindahkannya untuk jauh dari teman - teman sekolahnya.

Ayahnya yang berprofesi sebagai dokter umum pun membuka praktek kecil di rumah neneknya. Sejak kecil Adelia diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan. Maka dari itu, Adelia pun sangat jijik dengan sampah dan kotoran lainnya. Bahkan untuk sekedar masuk ke dapur pun Adelia tidak tahan. 
Adelia pun mendapat julukan Miss Clean oleh teman - temannya karena sifatnya yang gila dengan kebersihan.

Oleh karenanya, Adelia sangat tidak tahan, bahkan benci ketika ia tahu teman sekelas di sekolah barunya adalah anak dari tukang pemungut sampah warga Mojosongo. Bagi Niken, profesi pemungut sampah adalah profesi yang mulia. Bayangkan jika tidak ada pemungut sampah, kemanakah sampah - sampah warga akan dibuang, siapa yang bersedia mengutipnya, dsb. Butuh hati yang tulus dan ikhlas untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Selama itu halal dan dapat membantu orang banyak, kenapa tidak dilakukan. Toh pemungut sampah pun perlu makan dan menghidupi anak, istrinya juga. 
Profesi mulia tidak harus menjadi dokter, arsitek, notaris, pengajar dan sebagainya. Profesi mulia adalah segala pekerjaan yang dilakukan dengan tulus.
Niken yang begitu menyayangi Bapaknya pun tidak terima ketika bapaknya dilecehkan oleh Adelia. Dan Adelia yang tidak menyukai kedua ayah dan anak itu pun berusaha untuk menjauh dari mereka. Namun takdir seolah berkata sebaliknya. Semakin Adelia berusaha menjauh, semakin dekat pula ia dengan Niken. Mulai dari Arini, sahabat Niken yang tiba - tiba dekat dengan Adelia, dan juga Reno pacar Niken yang diam - diam berhubungan dengan Adelia.

Insight dari cerita ini sendiri adalah hormatilah orangtuamu, jangan keras kepala dan terlalu memaksakan keinginanmu. Bukalah matamu selebar - lebarnya dan pakailah nalarmu, jika pacarmu diam - diam berpacaran dengan orang lain putuskanlah dia. Walaupun tujuan utamanya somehow untuk membahagiakanmu, putuskanlah dia. You deserve better! Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik. Jangan terlalu memandang rendah diri sendiri dan mimpilah yang tinggi. Dream big and make it happen!

Rating : 3/5

Monday, December 12, 2016

For a Better Tomorrow - Rini Zabirudin



Judul : For a Better Tomorrow
Penulis : Rini Zabirudin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal & Tahun Terbit : 256hal, 13 Mei 2015
Sinopsis : For a Better Tomorrow
Review :
Bima adalah seorang anggota marinir berprestasi. Awalnya hidupnya bahagia dan karirnya cemerlang. Tapi setelah ia mengetahui dan memiliki bukti atas kasus gelap yang melibatkan para petinggi marinir, Bima hidup dalam teror. Isteri tercintanya dibunuh dan Bima dituduh atas perbuatan yang tidak dilakukannya  itu. 

Berada dipenjara saja sudah cukup menyiksa Bima. Tapi penderitaannya tidak berhenti disitu, ia terus disiksa secara fisik dan mental oleh oknum - oknum tertentu. Penyiksaan itu didasari oleh rahasia yang masih disimpan erat olehnya. Rahasia yang dapat membuat para petinggi marirnir yang terlibat lengser dari jabatannya dan dimasukkan ke balik jeruji besi. 

Bima pun berusaha melarikan diri dan tersesat di hutan dengan kondisi kelaparan dan kelelahan. Beruntung ia menemukan rumah Elis, wanita yang dikenal sebagai seorang herbalis oleh para pasiennya. Elis hidup menyendiri di pedesaan setelah ditinggal mati oleh suaminya. Bima tidak ingin merepotkan Elis, terlebih dengan adanya kemungkinan bahwa orang yang mengincarnya akan menemukan rumah Elis. Namun disisi lain, Bima tidak memiliki tempat pelarian yang lain. Ia tidak mungkin kembali kepada keluarganya disaat kondisi masih sangat berbahaya seperti ini. Satu - satu nya jalan hanyalah menetap sementara ditempat Elis yang sama sekali tidak keberatan membantunya. 

Ini novel Rini Zabirudin pertamaku. Belum ada yang wow banget dari ceritanya. Yang saya suka dari ceritanya adalah adanya info - info tentang hutan, tanaman, dan usaha dari penulis untuk menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam. 
"Di dalam hutan perawan, kita tidak boleh berjalan berbelok karena seklai kita berbelok maka kita akan berbelok lagi sehingga tanpa sadar kita akan tersesat dan berputar - putar di daerah yang sama."

Dari segi karakternya, saya suka dengan chemistry dari Bima dan Elis. Keduanya telah ditinggal pergi oleh pasangannya untuk selamanya. Rasa cinta terhadap pasangan masing - masing pun masih sangat kuat. Akan tetapi mereka berdua bisa saling menguatkan dan mendukung satu sama lain. Sebenarnya ceritanya cukup bagus, namun sayang ceritanya seolah dipaksa untuk cepat selesai. Seharusnya masih banyak yang bisa dikupas dari cerita ini. Seperti misalnya persidangan Bima dan usaha Raphael pengacara Bima dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan di meja persidangan. 

Seperti yang kita ketahui kalau negara kita banyak koruptor berkedok wakil rakyat. Nah kalau saja walaupun hanya didalam buku, para koruptor yang telah mengambil hak - hak rakyat dapat disidang dan diadili, bukankah kita akan mendapatkan ending yang lebih baik? Habis membaca kata - kata saya ini, mungkin penulisnya bakal bilang, 'kamu saja sana yang jadi penulis kalau bisa. Banyak sekali maunya!' Peace ya Mbak Rini :D

"Aku mencintaimu, Ellis. Tapi kalau kau butuh waktu untuk memikirkannya, aku tidak akan memaksa. Aku akan menunggumu menjawabnya.""Bagaimana jika aku menolak?" "Aku akan menghantuimu seumur hidup."

 Rating : 2/5


Take Off My Red Shoes - Nay Sharaya

Judul : Take Off My Red Shoes
Penulis : Nay Sharaya
Penerbit : Grasindo
Tebal & Tahun Terbit : 240hal, 15 Juni 2015
Sinopsis : Take Off My Red Shoes
Review :

Tidak mengetahui seluk beluk silsilah keluarga mereka membuat Atha dan Alia harus hidup di panti asuhan. Dilahirkan kembar tak lantas membuat mereka berdua mendapatkan perlakuan yang sama. Alia memiliki pribadi yang ceria dan mudah bergaul sedangkan Atha lebih pendiam, jarang bergaul dan memilih bermain sendiri. Karena pribadinya yang introvert, Atha sering kali tidak dihiraukan oleh teman - temannya. Hal itu berlanjut ketika Atha dan Alia diadopsi oleh sepasang suami istri dengan seorang anak laki - laki bernama Ares. 

Atha dan Alia sangat dekat satu sama lain. Namun ketika mereka beranjak dewasa, ada saja hal - hal yang membuat hubungan mereka renggang. Misalnya ibu yang lebih menyayangi Alia dan tidak menutup - nutupi hal tersebut, dan Ares yang lebih sering menghabiskan waktunya dengan Alia dibanding dengan Atha. Hal itu semua membuat Atha sedih dan diam - diam ia menyimpan kesedihannya dihati. 

Untuk sekali saja dalam hidupnya Atha ingin bebas dari bayang - bayang Alia. Alia yang supel, Alia yang pintar, dsb. Bukan berarti Atha tidak pintar, hanya saja segala sesuatu yang ia perbuat sepertinya tidak mendapat pengakuan dari ibunya. Untungnya Atha punya tetangga yang suka usil namun diam - diam menaruh perhatian padanya. Entah mengapa, tidak seperti kebanyakan orang, Kegan lebih tertarik pada Atha dibanding Alia.

Alia suka sekali dengan sepatu merah, baginya warna merah adalah warna keberuntungannya. Seolah ingin diakui, Alia mengikuti seleksi cheerleader di sekolahnya. Dalam proses seleksi yang ketat, ada saja hal - hal aneh yang terjadi disekitar Atha. Tanpa sadar mungkin Atha sudah menyakiti orang - orang disekitarnya.

 Setelah selesai membaca buku ini, saya baru tahu bahwa novel ini terinspirasi dari dongeng yang berjudul The Red Shoes karangan Hans Christian Andersen. Saya sendiri belum pernah membaca dongeng tersebut. Mungkin akan saya baca, namun tidak dalam waktu dekat. Mengingat banyak sekali bacaan yang belum dibaca dan belum lagi mood baca yang suka hilang timbul. Secara keseluruhan, saya suka dengan ide novel ini. Kita diajak untuk menerka apa sebenarnya maksud dari penulis. Awalnya kita digiring untuk bersimpati dengan Atha yang selalu mendapat perlakuan yang berbeda, namun semakin kebelakang kita menjadi ragu, apa mungkin Atha yang tidak baik?
Tidak ada asap tanpa api, tidak ada akibat tanpa sebab. Perlakuan yang diterima Atha selama ini mungkin saja dipicu oleh perbuatannya sendiri.

Rating : 3/5