Sunday, March 16, 2014

Bangkok - Moemoe Rizal




Judul : Bangkok
Penulis : Moemoe Rizal
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2013
Tebal : 436hal
Sinopsis : Bangkok - Moemoe Rizal
Review :

Edvan jarang bisa akur dengan ibunya. Oleh karena egonya yang tinggi, Edvan memutuskan untuk pergi dari rumah dan hilang tanpa kabar. Edvan setengah mati berusaha untuk sukses agar ibunya bisa melihat bahwa tanpa warisan ayahnya pun ia bisa hidup. Dia memang berhasil. Tapi apa artinya kesuksesan tanpa restu keluarga? 

Setelah satu dekade Edvan tidak berhubungan dengan ibu dan adiknya, tiba - tiba saja dia mendapat berita bahwa ibunya telah meninggal. Sekarang satu - satunya keluarga yang ia miliki hanyalah adik lelakinya Edvin. Edvin pun menyampaikan warisan ibu mereka kepada Edvan untuk mencari harta karun berupa jurnal - jurnal yang tersebar di beberapa tempat di Bangkok. 
"Aku melakukan ini untuk ibuku. Semustahil apa pun hasilnya, sekonyol apa pun nantinya. Ini hanya permintaan kecil Ibu yang ingin sekali kupenuhi."

Selain terkenal dengan tempat wisatanya, Bangkok juga terkenal sebagai negara yang mengakui keberadaan para transgender. Mereka lebih dikenal dengan panggilan ladyboy. Edvan adalah lelaki tulen yang paling benci dengan waria. Namun secara tak terduga, adiknya, Edvin malah sekarang berdandan dan berperilaku layaknya ladyboy. Hidup itu memang penuh dengan warna. Terkadang sebuah pilihan dapat mengubah jalan hidup seseorang secara keseluruhan. 

Berikut pernyataan seorang ibu yang punya anak transgender :


"Sebagai ibu, aku hanya bisa mendukungnya meraih cita - cita. Tidak apa kalau dia mengubah kelaminnya. Toh dunia tidak kiamat dengan dia menjadi waria. Kalau dia menjatuhkan bom nuklir, baru aku akan marah." Saya totally get it, dear super Mom :* Jika bisa memilih pastilah seorang ibu ingin anak laki - lakinya tetap menjadi seorang lelaki utuh. Tapi jika menjadi ladyboy adalah pilihan hidup anaknya, seorang ibu pasti akan mendukung keputusan anaknya. Yang penting, tidak membunuh dan tidak merugikan siapa - siapa. 


"Buatku, waria seperti anakku yang sering menghormati aku, jauh lebih baik dibanding laki - laki jantan yang berdosa terhadap ibunya sendiri. Harusnya manusia dinilai dari apa yang dia lakukan pada orang lain, bukan pada dirinya sendiri semata"

Di Bangkok, Edvan menelusuri setiap sudut daerah yang mungkin pernah didatangi ibunya saat ia masih muda. Karena clueless dengan tempat - tempat tersebut, Edvan pun menyewa jasa seorang guide bernama Charm. Edvan tahu bahwa petualangan ini pasti tidak akan mudah. Yang Edvan tidak tahu adalah Charm bisa sangat menarik dengan segala kesederhanaannya.

Lucunya, segala sesuatu yang dibenci oleh Charm malah dimiliki oleh Edvan, mulai dari tato, pekerjaan sebagai arsitek dan adik transgender. Mentang - mentang Edvan seorang arsitek, kalau mau gombal doi juga pakai kata - kata bangunan.  


"Karena kalau aku adalah sebuah gedung, kamu adalah fondasiku yang membuatku tetap berdiri. Kamu terus mensupport aku, memberi tahuku untuk tenang ketika ada gempa, memberitahuku untuk jangan panik saat banjir datang, kamu akan terus ada di sana menjagaku agar tetap berdiri tegak."

Overall, dua jempol untuk ide brilian penulis dengan cerita seorang anak yang mencari peta harta karun ibunya dalam bentuk sebuah jurnal yang tersebar di beberapa tempat di Thailand. Baca buku ini jadi buat saya yang sebelumnya hanya ingin kembali ke Bangkok untuk sekedar shopping ke mall menjadi jauh lebih tertarik untuk berpetualang ke tempat - tempat bersejarah yang diceritakan dalam buku ini. Buku ini juga menceritakan perjuangan Edvan dalam merebut hati Charm, juga bagaimana akhirnya Edvan bisa menerima keputusan yang diambil adiknya Edvin. 

Ada poin plusnya tentu ada poin minusnya juga. Minusnya penulis terkadang menulis hal - hal kurang penting dibagian bawah sebagai penjelasan. Menurutku hal tersebut seharusnya langsung saja disambung ke kalimat sebelumnya. Tidak perlu sampai harus dipisah. Contohnya : Tanpa kentara, Max berusaha memberikan kepalan "Yes!" , tapi sembunyi - sembunyi biar tidak aku tidak melihatnya | Kemudian disambung dipaling bawah : Sayang sekali aku melihatnya dengan jelas."

Akan lebih baik jika yang ditulis dibawah hanyalah kalimat - kalimat penting yang memang ditujukan untuk memperjelas maksud penulis. Misalnya tempat - tempat di Bangkok yang kurang kita kenal atau arti dari kata - kata Thailand yang sering digunakan oleh penulis, dsb.

"Menikah seperti menato punggungmu dan berspekulasi apakah itu keputusan tepat atau bukan." 

4bintang!
PS : buku ini saya pinjam dari Lilis. Baca dan follow blog bukunya di : Purple Bookish

1 comment:

  1. Wah, harus dipunyai nih bukunya. Saya baru punya Melbourne.

    Bukan apa-apa. Saya punya temen yang gay juga. Dan kadang nggak habis pikir, gimana dia bisa menjalani hari-harinya di tengah keluarga yang religius. Saya perlu memahami ini biar bisa menyampaikan kalau gay juga manusia...

    ReplyDelete