Judul : 7 Detik
Penulis : Primadonna Angela
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2013
Tebal : 248hal
ISBN : 978-979-22-9491-0
Sinopsis :
Review :
Dalam waktu 7 detik, kita bisa tersenyum,
Dalam waktu 7 detik, kita bisa menangis,
Dalam waktu 7 detik, kita juga bisa jatuh cinta.
Well, at least itulah yang Devon yakini.
Devon adalah dokter muda yang sedang koas dan sering disibukkan oleh berbagai tugas dan kewajibannya. Di sela-sela kesibukannya, Devon selalu meluangkan waktu untuk kucing kesayangannya Scott. Kucing gemuk yang sudah dianggap keluarga oleh Devon itu adalah pemberian dari mantannya, Lani. Status Lani yang semula adalah pacar Devon berubah menjadi mantan karena Devon tak kunjung merasakan getaran cinta selama 7 detik. Karena tak ingin menyakiti hati Lani dan menggantungkan perasaannya, maka Devon pun memutuskan untuk berteman.
Devon lahir dari keluarga pejudo. Namun tidak seperti kedua adiknya Evan dan Ivanka yang berlatih judo dengan serius, Devon hanya menganggap judo sebagai hobi semata. Dengan title keluarga pejudo, tentulah orang akan berpikir berulang kali untuk mencari masalah dengan keluarga Devon. Akan tetapi, surat-surat kaleng pun terus berdatangan ke rumah mereka dan semuanya ditujukan untuk Devon. Inti pesannya cuma satu, jauhi Lani kalau tidak mau celaka.
Dalam waktu 7 detik, kita bisa tersenyum,
Dalam waktu 7 detik, kita bisa menangis,
Dalam waktu 7 detik, kita juga bisa jatuh cinta.
Well, at least itulah yang Devon yakini.
Devon adalah dokter muda yang sedang koas dan sering disibukkan oleh berbagai tugas dan kewajibannya. Di sela-sela kesibukannya, Devon selalu meluangkan waktu untuk kucing kesayangannya Scott. Kucing gemuk yang sudah dianggap keluarga oleh Devon itu adalah pemberian dari mantannya, Lani. Status Lani yang semula adalah pacar Devon berubah menjadi mantan karena Devon tak kunjung merasakan getaran cinta selama 7 detik. Karena tak ingin menyakiti hati Lani dan menggantungkan perasaannya, maka Devon pun memutuskan untuk berteman.
Devon lahir dari keluarga pejudo. Namun tidak seperti kedua adiknya Evan dan Ivanka yang berlatih judo dengan serius, Devon hanya menganggap judo sebagai hobi semata. Dengan title keluarga pejudo, tentulah orang akan berpikir berulang kali untuk mencari masalah dengan keluarga Devon. Akan tetapi, surat-surat kaleng pun terus berdatangan ke rumah mereka dan semuanya ditujukan untuk Devon. Inti pesannya cuma satu, jauhi Lani kalau tidak mau celaka.
Karakter Devon sebagai dokter muda pun terbukti dengan segala kekhawatirannya pada kebersihan dan kesehatan which is good bagiku karena berarti penulis benar-benar memperhatikan setiap detail dari karakter maupun peran yang ia tulis. Latar tempat yang ditulis penulis kebanyakan berpusat di rumah Devon. Akan tetapi Resep Cherry dan Pojok Lavender pun turut disertakan dalam alur cerita. Sama seperti halnya kisah ini tentang Devon tapi Evan dan Satsuki dari Satsuki Sensei pun tetap diceritakan walau hanya sebagai tokoh sampingan.
Overall aku cukup suka dengan karakter Devon yang narsis tapi peduli terhadap lingkungan dan sesama.
Spoiler
Namun terlepas dari itu, cerita ini cukup seru sekaligus menegangkan. Walau tidak susah menebak siapa pelakunya tapi rencana Devon dan adik-adiknya dalam mengungkap dalang dibalik pengiriman surat kaleng tersebut patut mendapatkan apresiasi. Poin plus dari teenlit ini adalah banyak hal-hal positif yang diselipkan penulis dalam setiap dialog maupun narasinya. Kedengarannya sepele tapi bernilai dan bermanfaat.
Rating : 3.5/5
"Hidup tetap berjalan, dan lo harus berjuang untuk menapakinya, meski perlahan. Karena begitulah kehidupan. Kadang melemparkan kebahagiaan ke muka lo, kadang kesedihan yang berdatangan."
Rating : 3.5/5
Baca Spoiler jd rada ragu buat punya buku ini aka mending pinjem x)
ReplyDeletePadahal pas di Satsuki Sensei, aku penasaran cerita Devon karna ketemu cewe di mal ituuuu >,<