Pages

Wednesday, November 23, 2011

Ibuku Malaikatku (Kontes Cerita Ibu Tercinta {Please Look After Mom} -Gramedia)

Ibu Dimataku~~~

Saya memanggil ibuku dengan sebutan mama. Beliau bukan hanya sosok ibu yang sangat baik buat saya tapi juga sudah saya anggap sebagai teman,sahabat, BBF, dan tempat saya menumpahkan segala isi hati.

Saya adalah anak bungsu dari tiga bersaudari. Dengar-dengar dari cerita mama, ketika saya masih dikandungan, saya paling sering menendang-nendang perut mama, dan ketika mau melahirkan pun saya pula yang paling susah keluarnya hehehe katanya si itu tandanya saya bandel banget. 

Ngomong-ngomong soal curhat, Sejujurnya sewaktu kecil saya tidak pernah mencurahkan isi hatiku kepada mama atau siapapun. Setiap kali ada masalah saya hanya memendam sendiri dan tidak pernah mengutarakannya kepada siapapun.  Bukannya tidak mau, tapi saya tidak tahu harus berbicara kepada siapa, siapa yang bisa saya percaya untuk hanya mendengar tapi tidak men-judge, dan mendengar tapi tidak lantas menyebarkan cerita saya kepada orang lain.

Namun, suatu saat saya pulang sekolah dengan wajah lusuh dan hanya diam seribu kata walau mama sedang mengajak saya berbicara. Saya pun pergi ke kamar mama dan menangis sejadi-jadinya. Namanya ibu, pasti naluri keibuannya kuat banget terhadap anak-anaknya. Mama pun mendatangiku dan bertanya. Tapi aku tetap diam saja. Lalu mama berkata kepadaku,
”Mary, kalau punya masalah itu jangan dipendam. Coba cerita ke mama, kasitahu mama masalahmu, mungkin mama bisa membantumu, jika tidak, setidaknya mama bisa memberimu nasehat dan kau tidak sendirian.” 

Saya langsung berhenti menangis dan memeluk mama. Sejak saat itu, walaupun masih terasa sangat susah untuk berbagi ke cerita ke mama, saya tetap mencoba. Walau ceritanya harus sepatah-patah seperti layaknya orang yang gugup ketika berpidato, saya pun bercerita ke mama. Sejak saat itu, saya sangat dekat dengan mama. Layaknya anak yang haus akan kasih sayang seorang ibu, hal-hal sepele pun tak luput kuceritakan ke mama. Dan hingga saat ini, mama adalah tempatku berbagi semuanya.

Tahun 2009 kemarin, kejadian yang mungkin takkan pernah mama dan saya lupakan. Mama diberi cobaan oleh Tuhan. Tanpa alasan yang jelas mama jadi sering mimisan dan tidak sedikit darah yang keluar dari hidung beliau. Awalnya kita hanya menganggap itu mimisan biasa. Maka mama pun mengompres hidungnya dengan air es ( dengar-dengar si bisa mengurangi darah yang keluar), saya masih ingat, demi mewujudkan keinginan kita untuk jalan-jalan ke Hill Park bersama saudara yang datang dari Jakarta, mama yang saat itu masih sakit dan sedikit pucat pun ikut pergi bertamasya bersama kita. Saat itu mama berkata,”mama udah sembuh.”

Kita pun pergi, berfoto-foto, bermain-main sebentar, dan pulang. Mama kelihatan baik-baik walau wajahnya tetap pucat. Mungkin karena sudah kekurangan banyak darah kemarin. Saat itu hujan lebat, dan AC mobil juga dingin, alhasil mama batuk-batuk dan tidak lama kemudian mama mimisan lagi. Kita semua yang berada di mobil panik dan khawatir. 

Sesampainya dirumah papa membawa mama cek ke dokter. Begitu sampai di rumah sakit, mama disuruh CT scan, sejujurnya CT scan nya sangat payah, jika bergerak sedikit saja maka harus diulang, setelah melakukan CT scan, dokter berkata kalau mama terkena sinusitis. Lalu dia menyuruh papa menandatangi suatu kertas yang kira-kira isinya tentang papa setuju dengan apapun yang akan dilakukan dokter tsb.  Papa yang saat itu masih bingung lalu menandatangi kertas tsb. Jadilah mama dibawa ke ruang dokter dan dipasangi sesuatu di hidungnya. Dokter berkata ia memasang tampon (kapas) untuk menghambat keluarnya darah dari hidung mama. Dan papa mama disuruh balik lagi hari rabu. (saat itu hari jumat).

Kebayang enggak mama harus menahan sakit di hidungnya selama lima hari lagi? L sepulangnya dari rumah sakit, mama mengaku hidungnya sakit dan mamaku yang biasanya sangat tegar pun tak bisa membendung airmatanya lagi. Papa dan kami anak-anaknya terus membujuknya untuk bersabar. Mama pun menangis hingga tertidur. Sejujurnya hati ini sangat miris melihat mama menangis. Saat itu saya mencoba untuk tidak ikut menangis, karena jika saya juga menangis, siapa lagi yang akan membisikkan kata-kata semangat untuk beliau. Seumur hidup saya, saya belum pernah melihat mama menangis. Biasanya sayalah yang menangis dan mama yang menenangkan saya. Tapi saat itu dia menangis  dan saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memegang tangannya dan berada disisinya. L L L

Keesokan harinya saudara mama meyakinkan mama dan papa untuk cek ke Penang saja, karena disana kedokterannya lebih canggih. Setelah melakukan berbagai pertimbangan, saya yang saat itu sedang berada di gereja (minggu) pun dipanggil pulang oleh papa. Saya terkejut, karena papa tahu saya sedang beribadah di gereja dan jika keadaaan tidaklah sangat penting, papa tidak akan memanggilku pulang. Akhirnya saya pun langsung cepat-cepat pulang ke rumah dengan berbagai macam pikiran yang berkecamuk dikepala saya. Sesampainya dirumah, untungnya tidak terjadi sesuatu, papa berkata bahwa mama akan berobat ke Penang dan saya serta tanteku diminta menemani mama pada hari itu juga. Keadaan dirumah kacau balau saat itu, saya harus packing kilat dan memikirkan apa yang akan terjadi pada mama pun membuat kepalaku berdenyut keras. Tapi tentu saja saya selalu mencoba untuk berpikiran positif. Thanks to God.

Kami pun terbang ke Penang. Tidak perlu berlama-lama menunggu, kami pun pergi ke salah satu rumah sakit disana dan melakukan pertemuan dengan dokter special THT. Ketika bertemu dengan beliau, dia pun langsung mengeluarkan “tampon” yang dimasukkan dokter di Medan kemarin. Surprise surprise, beliau terkejut bukan main ketika melihat yang dia keluarkan bukanlah tampon melainkan sarung tangan karet. Saya, mama dan tante pun terkejut, terlebih ketika beliau berkata, sekarang hidung mama sudah infeksi gara-gara disumbat dengan sarung tangan karet tsb. Sebenarnya awalnya hidung mama cuma infeksi ringan, tapi karena dimasukkan benda keras seperti itu, akhirnya jadi bernanah dan harus dioperasi. Prosesnya pun tergolong cepat, beliau memasang lem atau semacamnya didalam hidung mama dan berkata bahwa besok mama diharapkan datang untuk melakukan operasi. Keesokan harinya ketika di operasi, saya dan tante diminta menunggu diluar, mungkin dokter takut melihat ekspresi kita ketika melihat mama di operasi dan akan menganggu konsentrasinya. Sekitar 20menit sesudahnya, mama berjalan keluar dari ruangan operasi. 

Ekspresinya kelihatan seperti menahan sakit, tapi saya melihat raut wajah mama sudah kelihatan jauh lebih baik dari sebelumnya.Dokter pun memberi resep, selama setengah tahun saya harus menyuntikkan obat ke dalam hidung mama. Kita pun bertanya,”Dok, setelah operasi ini, mama masih bisa mimisan gak ya?” lalu dokternya menjawab,”Tenang saja, tidak perlu khawatir, mama kamu tidak akan mimisan lagi.” Wow percaya diri sekali dokter itu pikir saya. Dan puji Tuhan, God bless him, kata-katanya terbukti benar sampai saat ini, mama tidak pernah lagi mimisan. Dan saya pun yakin bahwa Tuhan takkan pernah memberikan cobaan yang tak bisa dilalui oleh umat-umatNya. Mama pun telah melewati cobaan ini dengan baik :) 

Semua orang harus melewati masa-masa sulitnya terlebih dahulu untuk tahu bahwa kebahagiaan dan kesehatan itu tidak mudah diraih J. Aku bersyukur bahwa aku tak harus kehilangan mama dulu baru bisa merasakan rasa cinta yang teramat besar padanya. Sejujurnya saya sangat takut sekali sejak kejadian mama mimisan tsb, mama yang biasanya sangat tegar kelihatan tak berdaya, mama yang biasanya banyak berbicara menjadi lebih banyak diam. 

Setiap hari saya terus berdoa pada Tuhan untuk memberi kesembuhan padanya, bahwa mama adalah orang yang sangat baik dan Tuhan jangan bawa pergi malaikatku. Orang – orang yang sedang dimabuk asmara mungkin akan berkata,”Aku tak bisa hidup tanpamu.” Kepada pacarnya. Well, no offense but i think it’s nonsense. Jelas bahwa mereka masih akan hidup dengan atau tanpa pacar mereka.  Mereka bahkan sudah hidup sebelum mereka mengenal pacar mereka. Entahlah, kadang orang memang bisa begitu buta jika sudah menyangkut cinta.

In my case, cintaku terhadap kedua orangtuaku itu tidak ada batasnya. I don’t think my life would be the same anymore without their presence in my life. Mantan pacar itu ada. Mantan sahabat juga ada. Tapi mantan ibu atau ayah? Tidak akan pernah ada. Entah seberapa keras pun mereka mendidik kita ,yakinlah bahwa mereka hanya menginginkan yang terbaik untuk kita anak-anaknya. Bagaimana mereka khawatir ketika anak gadis mereka mulai beranjak dewasa dan berpacaran, bagaimana anak mereka mulai tahu cara berpakaian,dll
 
Mama adalah malaikat yang diberikan Tuhan kepadaku. Melihat perjuangan mama selama ini dalam membesarkanku, dari aku bayi hingga dewasa seperti ini saya bukan hanya salut tapi juga ingin seperti beliau jika saya nanti dipercaya Tuhan untuk bisa memiliki anak. Mama lah yang terus menjagaku , mendidikku, dan mengajariku arti kehidupan. Jujur aku merasa aku belum cukup baik sebagai seorang anak. Aku yang bawel, aku yang mau ini itu, aku yang terkadang terkesan cuek,egois dll, tapi disamping semua itu, aku begitu mencintai keluargaku terutama mama sehingga aku sering dan banyak berdoa kepada Tuhan agar selalu memberi kesehatan kepada kedua orangtuaku. 

mama dengan senyum cerianya dan aku beserta buku Please Look After Mom terbitan Gramedia

Mama, jika suatu saat mama membaca tulisanku ini, aku ingin mama tahu, jika nanti mama sudah tak mampu lagi menjaga diri mama, akulah yang akan menjaga mama, menjadi tangan bagimu untuk berpegangan, menjadi kaki bagimu untuk berjalan, dan menjadi mata bagimu untuk melihat. Semua yang telah mama lakukan selama ini untukku, takkan pernah cukup untuk ku balas satu-persatu, but i’ll do my best to protect you,Mom. I don’t care if it takes my whole life to take care of you, I just want to stand besides you and look after you forever. I love you MOM. I always do. 

4 comments:

  1. hiks. bacanya jd trenyuh :'(

    Alhamdulillah, mamahnya udah ga pernah mimisan lagi yah mei. Semoga selalu sehat2 saja. :)

    Btw, kok bisa sih yang dimasukkin itu sarung tangan karet bukan tampon?

    ReplyDelete
  2. iyah Mer, Puji Tuhan, sampai sekarang mama sehat2 aja, tahun lalu pernah vertigo dua hari gitu, itu juga buat aku takut ;( memang lebih baik rasanya kalau diri sendiri yang sakit ya daripada harus liat orangtua yang sakit ;(

    iya mer, kita juga terkejut pas dokter di penang ngeluarin yang kata dokter medan tampon padahal ternyata sarung tangan karet.

    jadi sarung tangan itu sepanjang jari telunjuk mer. karena karet keras,panjang pula dimasukin ke hidung mama jadinya mama kesakitan trus jadinya bernanah :(

    ReplyDelete
  3. syukurlah mama sudah lebih baikan.
    dooh tiba-tiba kangen mama baca tulisanmu ini :(

    ReplyDelete
  4. makasi mas :)

    beda tempat tinggal ya ma mamanya?

    ReplyDelete