Tuesday, October 15, 2013

Bared To You (Terbuka Untukmu) - Slyvia Day

Judul : Bared To You - Terbuka Untukmu
Penulis : Slyvia Day
Series : Crossfire #1
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama (versi terjemahan)
Tahun : 2013
Tebal : 456 hal
Sinopsis : Terbuka Untukmu (via Goodreads)
Review :
"Aku tidak takut berusaha. Aku hanya takut kehilangan dirimu." hal.309-310
Banyak yang membandingkan Bared To You dengan Fifty Shades of Grey dari segi cerita dan karakter. Walaupun tidak menyangkal bahwa memang adanya kemiripan dari segi cerita dan karakter pria utama, namun bagiku Bared To You adalah versi yang lebih baik. Setidaknya tidak ada yang namanya BDSM, atau belum. Entahlah karena aku baru membaca buku pertama. 

Bukannya mau membanding - bandingkan walau memang itulah yang sedang kulakukan, tapi untuk segi karakter wanita, menurutku Eva jauh lebih kuat daripada Ana. Eva berani untuk menyuarakan hak dan pendapatnya. Well, disisi lain, Christian Grey tak terbantahkan dan Ana terlalu mencintainya untuk mengatakan tidak. Eva hobi makan. Berbeda dengan Ana yang harus dipaksa, terkadang bahkan diancam, supaya mau makan. 

Karena sudah setahun sejak pertama kali aku membaca Fifty Shades of Grey, banyak kemiripan dari kedua buku ini yang mungkin terlewatkan olehku. Tapi yasudahlah, mari kita berpusat pada cerita Gideon dan Eva. 
Keduanya sama - sama memiliki masa lalu yang ingin mereka kubur dalam - dalam. Eva bertemu dengan Gideon pertama sekali di lift kantor barunya.

Gideon Cross adalah pengusaha kaya raya. Ia sudah terbiasa memegang kendali atas semuanya. Jadi ketika Eva masuk kedalam hidupnya dan menolak menurut pada setiap aturannya, Gideon kebingungan. Eva sendiri adalah wanita mandiri yang benci diatur oleh siapa pun. Eva juga punya ibu yang terlalu sayang padanya sampai - sampai Eva merasa takut. Gideon dan ibunya memiliki kemiripan, yaitu sama - sama ingin tahu segala hal tentang Eva. Dan itu membuat Eva merasa jauh lebih tertekan. Namun Gideon bukanlah ibunya. Gideon adalah lelaki yang didambakannya. Walaupun terkadang sebal dengan sifatnya yang suka seenaknya, Eva menyukainya. Tepatnya adalah Eva mencintai Gideon Cross.

Aku suka dengan sifat Gideon yang selalu berusaha untuk mengenal Eva. Walau caranya memang agak ekstrim. Well, kalian tahulah bagaimana orang kaya mendapatkan informasi - informasi yang mereka inginkan. Kalau hal ini terjadi dalam praktek kehidupan sehari - hari, pastilah akan sangat menganggu dan menyeramkan. Tapi karena berhubung ini hanya cerita belaka, cobalah dimaklumi.

"Ayo kita pergi ke gym-mu besok."
"Gym-mu lebih bagus."
"Tentu saja. Tapi aku akan pergi ke tempat yang kausukai." hal 261

Overall sih cukup suka. Untungnya ceritanya tidak garing dan lumayan buat penasaran. Terlepas dari semua kemiripan antara buku ini dengan Fifty Shades of Grey, aku beri bintang 4 untuk cerita dan karakternya yang hidup.

"Aku ingin terus merasakan apa yang kurasakan ketika berada bersamamu. Katakan padaku apa yang harus kulakukan. Dan berikan ruang bagiku untuk membuat kesalahan. Aku tidak pernah melakukan ini. Banyak yang harus kupelajari." hal 160

Rating : 4/5

Marriageable - Riri Sardjono

Judul : Marriageable
Penulis : Riri Sardjono
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2013 (first published 2006)
Tebal : 368hal
Sinopsis : Marriageable
Review :
Harga diri yang tinggi dan perasaan takut tersakiti untuk kedua kalinya membuat Flory hidup dalam kecurigaan terhadap semua lelaki, kecuali Gerry. Don't even think about why, it's simply because he's gay. Bagaimana Flory harus menyikapi kehidupan percintaannya kalau di umur 32 tahun dia masih single? Bella Saphira saja sudah pecah telor, masa Flory seorang arsitek cantik nan modis belum memiliki tambatan hati? 

Setiap orangtua yang melihat anaknya masih single di umur 30-an pastilah akan gelisah. Begitu pula dengan mama Flory yang sekarang sibuk mencari lelaki pilihan untuk anaknya. Memang sekarang sudah bukan zamannya Siti Nurbaya lagi, akan tetapi masih banyak saja orangtua yang menerapkan sistim ini, terlebih ketika dalam waktu mendesak. 

Flory keki berat pastinya. Menemukan sendiri pria yang disukai saja belum tentu langsung jatuh cinta dan naik ke pelaminan, apalagi kalau dijodohin? Walaupun nggak suka dengan ide menikah dengan pria yang dijodohkan orangtua, tapi sepertinya Vadin, calon suaminya tidak terlihat begitu buruk. 

Menurutku pribadi Vadin termasuk tipe idaman wanita. Mapan dari segi usia dan karir, sayang dengan Flory, mau mengalah dari sifat dan moodnya yang lebih sering jelek daripada bagus, juga tipe lelaki yang nggak memikirkan dirinya sendiri. I just love this guy. 

Yang aku suka dari Riri Sardjono adalah cara menulisnya yang witty, jujur dan blak-blakan. Dari sinopsisnya aku langsung tertarik buat baca. Secara keseluruhan ceritanya juga sama bagusnya dengan sinopsisnya. Cuma mungkin yang kurang berkesan adalah karakter Flory yang kurang kusuka.

Di dalam hidupnya terlalu banyak kata "kenapa?"

"Kenapa, sih, gue jadi nggak normal cuma gara - gara gue belom kawin?!"
"Karena elo punya kantong rahim, Darling," jawab Dina kalem.
"Kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date."
"Yeah," sahutku sinis. "Sementara sperma kayak wine. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama."

"Kenapa sih elo bisa kawin sama laki?"
"Hormon, Darling! Kadang - kadang kerja hormon kayak telegram. Salah ketik waktu ngirim sinyal ke otak.
Mestinya horny, dia ngetik cinta!"

Bagiku Flory cukup membingungkan dan memusingkan. Di umur ke-32 tahun, seharusnya seorang wanita sudah bisa bersikap dewasa karena memang sudah tergolong matang dari segi usia. Namun dari yang kuamati, Flory seolah-olah baru menginjak masa remaja. Mudah cemburuan, kalau sudah cemburu nggak mau mengaku pula, juga sering menjadikan orang lain sebagai objek untuk mebuat Vadin cemburu. It's an old moves and never ends well. Aku ngerti Flo pernah dikecewakan oleh mantan pacarnya di masa lalu. Well who didn't by the way? Aku juga ngerti kalau sikap mama dan papanya yang suka perang mulut membuatnya takut untuk membina rumah tangganya sendiri. Tapi life must go on. Kita nggak akan pernah tahu apa yang akan menanti kita di depan. Either we take the chance to move forward to the next level or just stay at the same path forever. 

Omong - omong tentang sahabat, diantara sahabat - sahabat Flory yang super ajaib, aku paling suka sama Ara yang lebih sering ngasih saran yang masuk di akal dan positif. Salah satu kata - katanya yang membekas di pikiranku ;

"Kita semua punya masalah, Flo. Gue nggak perlu punya masalah yang sama kayak elo untuk bisa ngerti gimana rasanya sakit." - Ara


Rating : 3/5