Friday, February 22, 2013

Habibie & Ainun


Judul : Habibie & Ainun
Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie
Penerbit : THC Mandiri
Tahun : 2010
Tebal : 323hal
ISBN : 978-979-1255-13-4
Sinopsis :
Ainun: "Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar: dia sibuk di antara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta: mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya..." Habibie: "Terima kasih Allah, Engkau telah menjadikan Ainun dan saya manunggal jiwa, roh, batin, dan hati nurani. Kami melekat pada diri kami sepanjang masa di manapun kami berada..."

Review :
"Karena antara saya dan Ainun adalah dua raga tetapi hanya satu jiwa."
Habibie & Ainun mengandung sejarah didalam setiap cerita yang disampaikan Pak Habibie lewat tulisannya. Lewat buku ini, kita dapat menelusuri kehidupan serta perjuangan Pak Habibie dan istrinya Ainun, from zero to heroKarena tingkat intelektualitasnya yang tinggi, tak pelak Pak Habibie menjadi rebutan banyak pihak.Pak Habibie pun mengalami perang batin diantara masih terikat kontrak dengan perusahannya di Jerman dan jiwa serta tekadnya yang kuat untuk memajukan bangsa dan negaranya Indonesia.

Pak Habibie pernah di posisi yang sulit ketika orang - orang meragukan kemampuan & kredibilitasnya, mengapa Presiden Soeharto memilihnya dan bukan orang lain, dsb. Keraguan dan ketidakyakinan mereka akan kemampuan Pak Habibie tidak lantas membuat nyali beliau menjadi ciut. Sebaliknya, beliau menjadi semakin tertantang untuk memajukan kesejahteraan bangsanya. Bukan semata-mata untuk membuktikan bahwa beliau memiliki apa yang mereka tak miliki namun lebih kepada keyakinan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa. 

Memiliki suami yang bisa dikatakan 'gila kerja' dan memiliki tanggung jawab yang begitu besar kepada perusahaannya, Ainun tak pernah sekalipun mengeluh. Tentu perasaan rindu, keinginan untuk berkomunikasi dsb pastilah pernah dialami oleh beliau. Tapi beliau tidak merengek, marah ataupun sebal. Sebaliknya, Ibu Ainun mencoba mengerti dan memahami. Oleh karena itu saya pribadi begitu salut dengan almarhum karena sungguh tidaklah mudah menjalani hidup seperti yang beliau jalani.

"Hidup berat, tetapi manis." 

Dalam proses membaca buku ini, saya yakin bahwa Pak Habibie dan Ibu Ainun memang tercipta untuk satu sama lain. Mereka adalah soulmate, belahan jiwa masing-masing. Kata-kata tak perlu diucapkan karena melalui pandangan mata, segala sesuatunya sudah terpampang jelas. Ibu Ainun tak pernah absen menemani suaminya bertugas kemana saja, begitu juga Pak Habibie yang selalu mengutamakan kesehatan istrinya diatas segala-galanya. 

Perjalanan Pak Habibie dan Ibu Ainun sungguh tidaklah mudah. One says, two is better than one. Dengan adanya sosok Ibu Ainun disisi Pak Habibie, ia merasa ia mampu menghadapi segala cobaan. Dengan senyum lembut serta pancaran mata yang menyinari ketenangan, Pak Habibie seolah dapat merasakan ketenangan  yang sama ditengah kesibukan kerjanya. Mereka bilang, dibalik sosok sempurna seorang laki-laki pastilah ada perempuan hebat yang mendampinginya. Dalam kasus ini, Ibu Ainun-lah perempuan hebatnya.

Ainun memang dilahirkan untuk saya dan saya untuk Ainun.

Saya pribadi begitu salut pada Pak Habibie. Karena beliau adalah salah satu pria yang walaupun sangat sibuk dengan segala aktivitas-aktivitasnya, namun masih tetap dan selalu mengingat tanggal-tanggal bersejarah dalam kehidupannya bersama Ibu Ainun. Sepelekah terdengarnya? Apa susahnya mengingat tanggal? Percayalah bahwa tak semua orang mampu mengingatnya, kapan tanggal pasangan mereka lahir, tanggal mereka jadian, menikah, pertama kali anak mereka lahir kedunia, dsb. Tapi Pak Habibie selalu ingat seakan tanggal-tanggal bersejarah tersebut sudah menjadi darah dan daging didalam tubuhnya.
Saya bersyukur, Allah SWT menjadikan Ainun sebagai Isteri, Ibu anak saya Ilham dan Thareq, pendamping saya dalam melaksanakan tugas berjiwa sosial dan merakyat, berdedikasi, berdisiplin dan pekerja keras tanpa mengenal lelah dan menyerah. Demikian sifat Ainun yang sangat religius selalu bersama saya puasa tiap hari Senin dan Kamis dan tiap hari membaca satu jus kitab suci Alquran.
Dari dulu, saya hanya mengenal Bj.Habibie namun tidak pernah tahu sosok ibu Ainun, barulah hingga film Habibie & Ainun diangkat ke layar kaca, muncul rasa penasaran dan keinginan untuk membaca bukunya.  Saya pribadi belum menonton filmnya, karena saya memang sengaja ingin membaca bukunya terlebih dahulu. Lewat wawancara kepada Pak Habibie yang saya tonton beberapa waktu yang lalu, saya dapat melihat pancaran kasih dan sayang dari Pak Habibie kepada Alm.Ibu Ainun lewat kata-kata yang diucapkannya. Setiap kali Pak Habibie menceritakan tentang istrinya Ainun, raut wajahnya menjadi sumringah, pengucapannya pun terlihat begitu bersemangat. Di dimensi lain, Alm Ibu Ainun pastilah sangat bangga dan bahagia untuk suaminya. 
Ainun adalah Lucky Angel dan saya Lucky Man, demikian hubungan kami karena cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi telah menjadikan kami menyatu. 
Terima kasih Pak Habibie. Oleh karena kisah cintamu yang abadi pada Alm.Ibu Ainun, saya menjadi yakin bahwa cinta sejati itu nyata adanya.

Rating : 4/5

Saturday, February 2, 2013

My Bollywood Wedding - Rekha Waheed

Judul : My Bollywood Wedding
Penulis : Rekha Waheed
Penerbit : Headline Publishing Group
Tahun : 2010
Sinopsis :
Maya Malik wants a big, glamorous Bollywood wedding—what could go wrong? Now that Maya has found Jhanghir Khan, her perfect man, it's time to start the mammoth task of planning her dream wedding. But 15 designer wedding boutiques, seven venues, two jet-set dashes to Dubai and Dhaka, and one trip to Tiffany's later, with interfering aunties on her tail, her enthusiasm is flagging. And with the Maliks and Khans fighting over dowries and every decision related to the 600 strong guest list, Maya questions if it's all worth it—and most importantly, she starts to doubt if Jhanghir really is Mr. Right.

Review :

Di umurnya yang ke-30, Maya Malik akhirnya akan segera menikah dengan sahabat baiknya Jhanghir Khan. Maya semula begitu bahagia ketika impiannya untuk segera menikah akan segera tercapai. Namun pernikahan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Begitu banyak hal yang harus diurus, dan calon suaminya, Jhanghir mempercayakan iparnya Seema untuk mengatur semuanya. Sejak pertama kali bertemu dengan Seema, Maya tahu jikalau ipar Jhanghir itu tidak menyukainya. Seema dan ayahnya membencinya. Dan Jhanghir, pria yang seharusnya berada disisi Maya malah membela Seema setiap saat mereka berselisih paham.

Bukankah sebagai seorang calon suami sudah sepantasnya Jhanghir membela Maya? 
Bukankah sebagai seorang calon suami, Jhanghir seharusnya menemani Maya dan bersama-sama mengatur pernikahan mereka?

Ketika seorang laki-laki memutuskan untuk menikah, tentunya ia sudah memiliki pemikiran jauh tentang pernikahan, finansial, dsb. Jhanghir adalah dokter muda yang berprestasi. Tentunya keuangan tidaklah menjadi persoalan baginya. Tapi apakah itu cukup jika ayahnya tak mendukung pernikahannya dan memutuskan semua aliran dana direkeningnya?

Maya menginginkan pernikahan Bollywood yang ia idam-idamkan selama ini, tapi Jhanghir menganggap itu konyol dan tidak penting. Pertengkaran, rasa kesal dan frustasi pun tak terelakkan. Maya pun tenggelam dalam pemikirannya, apakah pernikahan ini memang yang ia inginkan? Terlebih ketika sepupu Jhanghir, Zain datang dalam kehidupan Maya dan membuat Maya semakin bimbang dalam mengambil keputusan.

Menurutku, Maya Malik adalah pribadi yang berani dan tegar. Dia bukanlah sosok wanita yang akan dengan mudahnya menerima apa yang dikatakan kepadanya. Jika menurutnya salah, maka ia akan menyuarakan suaranya dengan lantang. Jika benar, ia akan memperjuangkan kebenaran itu hingga suaranya didengar.

Buku ini bukan hanya sekadar chicklit biasa. Buku ini menunjukkan betapa pentingnya kasih sayang serta dukungan keluarga terutama orangtua dalam kehidupan pribadi kita. Bagaimanapun, orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Meskipun dalam prosesnya, mereka terkadang harus merasakan malu atau perasaan tidak nyaman, dll. Akan tetapi, bagi setiap orangtua, kepentingan anak-anak merekalah yang paling utama di atas segalanya.

Buku ini tidak hanya bercerita tentang perjuangan Maya yang ingin menikah dengan Jhanghir dan mendapat rintangan berat dari keluarga Jhanghir, tapi juga bagaimana posisi wanita yang tidak memperoleh hak yang sama dengan laki-laki. My Bollywood Wedding mencakup berbagai aspek dalam kehidupan yang selama ini kita alami, yaitu cinta, budaya, perjuangan, pengkhianatan dan kebersamaan antara keluarga.

Rating : 3/5

It Takes Two to Love - Christina Juzwar

Judul : It Takes Two to Love
Penulis : Christina Juzwar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Tebal : 224hal
Sinopsis :
Sejak kecil Sarah berteman dengan Igi. Hingga mereka dewasa, persahabatan itu tidak luntur, malah semakin erat. Namun tak pernah ada kata cinta yang terucap di antara mereka. Akhirnya Sarah bertemu Jans, fotografer baru di majalah Women’s Style, tempatnya bekerja. Kesan pertama Sarah tentang Jans adalah pria itu terlalu annoying. Tetapi Jans tidak menyerah untuk mendekati Sarah yang sudah mencuri hatinya sejak pertama kali mereka berjumpa. Sarah akhirnya luluh dan jatuh cinta. Sarah terkejut luar biasa saat mendengar kabar bahwa Igi akan berangkat ke Inggris. Meski kecewa, ia tidak bisa melarang, dan mereka berjanji akan tetap menjaga persahabatan mereka. Tetapi beberapa tahun kemudian saat pulang ke Indonesia, Igi tak sendiri. Ia pulang bersama Andien, pacarnya. Apakah persahabatan Sarah dan Igi murni, ataukah ada percik-percik lain di antara mereka?

Review : 

Sarah memiliki sahabat laki-laki yang sangat ia sayangi. Namanya Igi. Sama halnya dengan Sarah, Igi juga sangat menyayangi sahabatnya itu. Di setiap kesempatan, Igi selalu mampir kerumah Sarah untuk hanya sekedar berbicara, main games, atau sesekali menginap. Hubungan persahabatan mereka sudah terjalin begitu lama sehingga mereka berdua sudah merasa sangat nyaman satu sama lain. 

Namun hal itu sedikit berubah ketika ada laki-laki lain yang datang dalam kehidupan Sarah. Sudah empat tahun lamanya Sarah tidak berpacaran. Sudah terlalu banyak kekecewaan yang dia terima dari mantan pacarnya. Tapi Jans, photographer baru tempatnya bekerja terlihat berbeda. Jans begitu sabar dan pengertian meskipun Sarah bersikap acuh tak acuh padanya.

Disisi lain, Igi yang selalu ceria tiba-tiba terlihat murung. Bisa ditebakkan kira-kira penyebab kemurungan Igi karena apa? Iya, Igi murung karena temannya Jans menaruh hati pada sahabat baik yang diam-diam ia sukai, Sarah. 

Adalah hal yang sangat wajar jika kita bersahabat dengan laki-laki atau sebaliknya kemudian memiliki perasaan lebih kepada mereka, yaitu cinta. Tapi haruslah kita sadari bahwa It Takes Two to Love. Jika kita mengungkapkan perasaan cinta pada sahabat kita, segala sesuatu takkan terasa sama lagi. Kalau sahabat kita juga memiliki perasaan yang sama, then fine, itu tandanya ada step selanjutnya yang bisa dijalani. Tapi kita juga harus mempertimbangkan dampak apa yang akan terjadi jika sang sahabat tidak memiliki rasa yang sama dengan kita? You don't want to ruin your friendship because of one-sided love, right?
Ada yang harus kita pegang teguh dalam hati dan ada yang harus kita lepaskan demi kebaikan kita dan semua orang. Sometimes you have to take, sometimes you have to give, and there's a time you have to let go, karena hidup ini memang tidak sendiri, melibatkan banyak sekali orang di sekeliling kita. Itulah hidup.
Penulis menyuguhkan cerita yang fun untuk dibaca. Buku ini juga bisa dijadikan panduan bagi para sahabat-sahabat dilluar sana yang ingin mengungkap perasaan mereka tetapi masih ragu atau tidak berani. Well, setiap keputusan yang dijalani pastilah ada konsekuensinya. Begitu juga dengan pernyataan cinta. Siap mencintai, maka siap pulalah untuk ditolak atau sakit hati. 

Rating : 3.5/5